I.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah
dapat memahami dan melakukan standarisasi larutan
serta menggunakannya untuk analisa kuantitatif sampel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Standarisasi
merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti
konsentrasi suatu larutan. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya
telah diketahui. Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dari sejumlah
contoh solute yang diinginkan yang secara teliti ditimbang dengan melarutkannya
ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya. Cara ini biasanya
tidak dapat dilakukan, akan tetapi karena relatif sedikit reaksi kimia yang
diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis akan
ketelitiannya. Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini disebut standar
primer. Suatu larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi yang
pada proses itu dengan sebagian berat dari standar primer (Oxtoby, 2001).
Titrasi
adalah penambahan secara cermat suatu larutan yang mengandung zat yang
konsentrasinya telah diketahui kepada larutan kedua yang mengandung zat yang
konsentrasi dari zat tersebut tidak diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi
antara keduanya secara kuantitatif. Titik dimana reaksi telah selesai disebut
titik akhir teoritis. Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir ditandai dengan
perubahan sifat fisisnya, misalnya warna campuran yang bereaksi. Perubahan
warna ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena
penambahan suatu zat yang disebut dengan indikator. Titik dimana terjadi perubahan warna indikator ini
disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi sama dengan titik
akhir teoritis (Suryani, 2011).
Kimia
analitik dapat dibagi menjadi bidang-bidang yang disebut analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berkaitan dengan identifikasi
zat-zat kimia dan mengenali unsur atau senyawa apa yang ada dalam suatu sampel.
Sedangkan analisis kuantitatif menjelaskan penetapan berapa banyak suatu zat
tertentu terkandung dalam suatu sampel (Day, 1998).
Volumetri
atau titrimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dari reaksi kimia. Pada
reaksi ini yang ditentukan kadarnya, direaksikan dengan zat lain yang telah
diketahui konsentrasinya, sampai tercapai titik ekuivalen sehingga kepekatan
zat yang dicari dapat dihitung. Titrasi merupakan cara
untuk mengetahui konsentrasi dalam zat tertentu yang banyak dilakukan pada
proses industri obat-obatan. Dalam melakukan titrasi diperlukan indikator
sebagai senyawa yang menandai bahwa titi ekivalen sudah tercapai. Dengan
terjadinya perubahan fisis yang dapat terlihat namun hasil titrasi umumnya
menghasilkan pembacaan yang tidak tepat dikarenakan presepsi orang berbeda-beda
dalam pembacaan warna (Pratama, 2003)
Untuk dapat
digunakan dalam analisis titrimetri, suatu reaksi harus memiliki beberapa persyaratan
yaitu :
1. Harus ada reaksi yang sederhana, yang
dinyatakan dengan persamaan kimia, zat yang ditetapkan harus bereaksi lengkap.
2. Reaksi harus berjalan sangat cepat dalam
beberapa keadaan, penambahan suatu katalis akan mempercepat reaksi tersebut.
3. Harus ada perubahan yang mencolok yang
menimbulkan perubahan dalam sifat fisika atau kimia larutan pada titik
ekivalen.
4. Harus tersedia suatu indikator dimana
perubahan visualnya dapat dilihat dengan mata (Petrucci, 1992).
Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kuantitatif yang
dilaksanakan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif
dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan. Bobot yang akan ditetapkan, dihitung
dari volume larutan standar yang digunakan dan hukum-hukum stoikiometri yang
diketahui (Bassett, 1994).
Reaksi-reaksi kimia sangat banyak dan terkenal. Reaksi yang
digunakan dalam analisis analisis titrimetri :
1. Reaksi penetralan atau reaksi asidi-alkalimetri
Reaksi asidi-alkalimetri adalah analisis titrimetri yang didasarkan pada
terjadinya reaksi asam basa antara sampel. Disebut asidimetri jika yang yang
diketahui asamnya dan disebut alkalimetri jika yang diketahui basanya. Pada titrasi asam basa, titik akhir
titrasi ditentukan dengan bantuan indikator. Indikator merupakan asam organik
lemah atau basa organik lemah yang ada dalam larutan akan terionisasi sebagian,
dimana warna yang terionisasi berbeda dengan yang tak terionisasi (Basset,
1994).
2.
Reaksi reduksi-oksidasi
Oksidasi-reduiksi adalah suatu proses terjadinya
perpindahan elektron dari satu atom / ion keatom / ion lain. Bila pada reaksi
asam basa titik akhir reaksi ditentukan oleh terjadinya perubahan potensial Ok/red.
3.
Reaksi pengendapan
Titrasi endapan adalah suatu titrasi yang reaksinya
berdasarkan pada hasil kali kelarutan dari zat-zat yang kelarutannya kecil
(sukar larut dalam air). Titrasi ini biasa digunakan untuk halogenida.
4.
Reaksi pembentukan kompleks
Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat
definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Kadang-kadang senyawa yang sama
mempunyai BE tak sama dalam reaksi yang berlainan (Bassett, 1994)
Dalam titrimetri sistem konsentrasi
molaritas dan normalitas digunakn paling sering. Formalitas dan konsentrasi
analitik berguna dalam keadaan-keadaan pada waktu terjadi disosiasi atau
pembentukan kompleks. Sistem berat persen biasa digunakan untuk menyatakan
konsentrasi pendekatan dari pereaksi-pereaksi laboratorium. Untuk
larutan-larutan yang sangat encer cocok digunakan satuan seperjuta atau
seperseribu juta (Day, 1998).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat yang
digunakan dalam percobaan kali ini meliputi gelas arloji,
gelas
beker 100 mL, pengaduk
kaca, pipet tetes, pipet ukur, erlenmeyer 100 mL, labu takar 100mL, buret 50mL.
B. Bahan
Bahan yang
digunakan dalam percobaan kali ini adalah asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O), larutan
standar NaOH 0,1 N, akuades,
cuka makan komersial, indikator
fenoftalein.
IV. PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan
Larutan Standar Asam Oksalat dan Penggunaanya untuk Standarisi Larutan NaOH
1. Sebanyak 1,26 gram Asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O) ditimbang dengan gelas arloji dan neraca analitik.
2. Asam oksalat dipindahkan dari gelas arloji tadi kedalam gelas beker 100 mL, akuades
ditambahkan 25-30 mL, aduk hingga larut. Gelas arloji dibilas dengan sedikit
akuades, dan masukan air bilasan ke dalam gelas beker berisi larutan asam
oksalat tersebut.
3. Larutan asam oksalat dipindahkan kedalam labu takar 100 mL, gelas beker
dibilas dengan sedikit akuades, air bilasan dimasukan kedalam labu takar.
4. Akuades ditambahkan kedalam labu takar hingga tepat tanda
batas. Kocok hingga homogen.
5. Buret yang akan digunakan dicuci
dengan akuades, kemudian dikeringkan.
6. Larutan asam oksalat yang telah
dibuat dimasukan kedalam buret 50 mL.
7. Erlenmeyer diisi dengan 10 mL larutan NaOH yang akan
distandarisasi, indikator fenoftalein ditambahkan 2-3 tetes.
8. Larutan NaOH dititrasi dengan larutan asam oksalat dari buret.
9. Ttitrasi dihentikan tepat saat terjadi perubahan warna yang
konstan.
10. Dicatat volume asam okslat yang
digunakan.
11. Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali volume rata-rata dihitung.
B. Penentuan Konsentrasi Asam Asetat dalam Asam
Cuka Komersial
1. Asam cuka komersial diambil 10 mL dengan menggunakan pipet
ukur,
tempatkan
dalam labu takar 250 mL.
2. Akuades ditambahkan hingga tanda batas. Labu takar ditutup
dan kocok hingga homogen.
3. Asam cuka diambil 10 mL yang telah
diencerkan tadi, ditempatkan dalam erlenmeyer 100 mL.
4. Indikator fenoftalein ditambahkan 2-3 tetes ke dalam larutan.
5. Buret yang akan digunakan dicuci
dengan akuades, keringkan.
6. Larutan standar NaOH 0,1 M dimasukan kedalam buret
yang telah distandarisasi
7. Asam cuka encer dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 M
dalam buret.
8. Titrasi dihentikan begitu terjadi
perubahan warna yang konstan. Volume NaOH yang digunakan dicatat.
9. Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali. Volume rata-rata yang digunakan saat titrasi di hitung.
I.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
dan Perhitungan
1. Hasil
a.
Pembuatan Larutan Standar Asam Oksalat dan Penggunaanya untuk Standarisi
Larutan NaOH
Percobaan
|
V awal (mL)
|
V akhir (mL)
|
∆V (mL)
|
Warna Awal
|
Warna Akhir
|
1
|
52,8
|
57,4
|
4,6
|
Merah Muda
|
Bening
|
2
|
62,8
|
67,8
|
5
|
Merah Muda
|
Bening
|
B. Penentuan Konsentrasi Asam Asetat
dalam Asam Cuka Komersial
Percobaan
|
V awal (mL)
|
V akhir (mL)
|
∆V (mL)
|
Warna Awal
|
Warna Akhir
|
1
|
1
|
7,4
|
6,4
|
Bening
|
Ungu
|
2
|
7,8
|
14,3
|
6,5
|
Bening
|
Ungu
|
2. Perhitungan
a. Standarisasi Larutan NaOH
Konsentrasi Larutan Asam Oksalat
Massa Asam oksalat =
1,26 gram
Mr Asam Oksalat =
126 gram
Volume larutan asam oksalat = 100
mL = 0,1 L
Molaritas asam oksalat =

= 

= 0,1 mol/L
Normalitas asam oksalat = 

=
= 0,2 ek/

Penentuan Konsentrasi NaOH
Volume NaOH saat titrasi =
10 mL = 10.10-3 L
Volume rata-rata asam oksalat saat titrasi= 4,85 mL = 4,8. 10-3
L
Normalitas asam oksalat =
0,2 ek/L
Pada saat titik ekivalen
= 








=


= 0,096 N
b. Penentuan Konsentrasi Asam Asetat dalam Asam Cuka "Maya"
Normalitas asam asetat yang
dititrasi = Nasetat
Volume asam asetat yang
dititrasi = Vasetat
= 15 mL
Volume
rata-rata NaOH yang digunakan untuk titrasi = 6,45 mL
Normalitas NaOH yang digunakan
untuk Titrasi = 0,096 N
Pada saat titik ekivalen
titrasi :
Jumlah ekivalen asam = jumlah
ekivalen basam, sehingga








= 0,041 N
Karena asam asetat adalah asam monoprotik, maka n asam asetat = 1 ek/mol,
sehingga :

= 0,041 M
Sebelum dititrasi, asam asetat telah diencerkan
terlebih dahulu. Sehingga data yang telah diperoleh dari perhitungan di atas
adalah konsentrasi asam asetat setelah diencerkan dapat dihitung sebagai
berikut :



15
mL
=
1,025 M
Konsentrasi asam asetat dinyatakan dalam persentase
adalah :


=
1,025 × 60 × 1/1000 × 100
= 6,15 %
B. Pembahasan
Percobaan standarisasi larutan NaOH digunakan
larutan standar asam oksalat. Menurut refrensi yang diambil dari buku (Oxtoby) larutan standar adalah larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Larutan NaOH merupakan larutan standar sekunder (larutan yang
belum diketahui konsentrasinya), maka sebelum digunakan terlebih dahulu larutan
NaOH tersebut harus distandarisasi dengan larutan asam oksalat yang merupakan
larutan standar primer agar NaOH diketahui konsentrasinya. Standarisasi
merupakan penentuan konsentrasi dari larutan standar sekunder yang menggunakan
bantuan larutan standar primer definisi standarisasi diambil dari buku refrensi
(Oxtoby). Untuk itu ditentukanlah konsentrasi larutan
asam oksalat.
Pembuatan larutan asam oksalat ini menggunakan
metode analisis titrimetri yang mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui
dengan tepat yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan
dari zat yang akan ditetapkan. Analisis titrimetri ini dianggap lebih baik
menyatakan proses titrasi, sedangkan yang terdahulu dikacaukan dengan
pengukuran-pengukuran volume seperti yang melibatkan gas-gas.
Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis
titrimetri adalah reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan
alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam
yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar
(asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang
berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri).
Konsentrasi
larutan asam oksalat hasilnya yaitu 0,1 M. Sedangkan normalitasnya adalah 0,2
ek/L. Dengan begitu, dapat ditentukan konsentrasi NaOH melalui analisis
kuantitatif konvensional yang biasanya dilakukan yaitu dengan titrasi. Sebelum
dititrasi dengan asam oksalat, larutan NaOH ditambahkan indikator fenoftalein.
Penambahan indikator
tersebut maka terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Indikator fenoftalein
akan memberikan kenampakan warna merah
muda apabila berada pada larutan basa. Fungsi indikator fenolftalein adalah
sebagai penunjuk akhir titrasi dalam pencapaian titik ekivalen. Titrasi
dilakukan duplo atau sebanyak dua kali, asam oksalat ditimbang sebanyak 1,26
gram lalu ditambahkan akuades 25-30ml aduk dalam gelas beker, lalu pindahkan ke
labu takar dengan ditambahkan akuades sampai tanda batas dan dikocok hingga
homogen. Larutan asam oksalat tersebut di masukkan dalam buret 50ml sebagai
penitran.
Larutan NaOH yang ingin dititrasi diambil 10ml
dalam erlenmeyer dilakukan lah titrasi NaOH dengan penitran larutan encer asam
oksalat. Lakukan titrasi dengan teliti dan hati-hati pada akhir titrasi (titik
ekuivalen titrasi) ditunjukkan dengan terjadi perubahan warna yaitu dari merah
muda menjadi tidak berwarna (bening). Sehingga diperoleh konsentrasi larutan
NaOH adalah 0,096 N.
Reaksi titrasi NaOH oleh asam oksalat:

Larutan NaOH yang telah distandarisasi dengan
menggunakan larutan asam oksalat dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam asetat dalam asam cuka
komersial melalui titrasi. Asam cuka yang digunakan adalah asam cuka cap maya.
Asam asetat banyak digunakan baik untuk industri maupun untuk dikonsumsi
sebagai pengatur keasamaman dalam makanan. Asam cuka diambil 10ml dimasukkan
kedalam labu takar dan diencerkan dengan akuades. Kemudian asam cuka yang sudah
dincerkan tadi diambil sebanyak 15 mL kedalam erlenmeyer dan ditambahkan dengan
indikator fenoftalein. Dengan ditambahkannya indikator tersebut maka tidak
terjadi perubahan warna yaitu tetap bening. Hal ini karena indikator akan memberikan
kenampakan tidak berwarna (bening) apabila berada pada larutan asam.
Pemilihan indikator
yang tepat merupakan syarat utama saat titrasi .Jika indikator yang digunakan
berubah warna pada saat titik ekiuvalen,maka titik akhir titrasi akan sama
dengan titik ekuivalen. Akan tetapi, jika perubahan warna indikator terletak
pada pH di mana zat penitrasi sedikit berlebih, maka titik akhir titrasi
berbeda dengan titik ekuivalen.Indikator yang lebih dianjurkan yaitu
fenolftalein (PP) karena memberikan perubahan warna yang lebih jelas yaitu
warna merah muda dari yang tidak berwarna. Selanjutnya larutan
asam cuka dengan merk Maya ini dititrasi dengan larutan basa yaitu
larutan NaOH 0,1M. Setelah dititrasi, pada titik ekuivalen titrasi terjadi
perubahan warna yaitu dari bening menjadi merah muda. Saat terjadi titik ekuivalen titrasi maka jumlah
ekuivalen basa sama dengan ekuivalen asam. Titrasi dilakukan duplo atau
sebanyak 2 kali.
Volume rata-rata
NaOH yang digunakan pada saat titrasi adalah 6,45 mL. Nilai normalitas asam
asetat adalah 0,041 N dan nilai konsentrasinya yang dituliskan dalam persen
yaitu 6,15%. Asam
asetat adalah asam monoprotik, maka nilai n asam asetat adalah 1 ek/L. Sehingga
nilai normalitas dan konsentrasinya sama. Nilai konsentrasi setelah pengenceran
adalah 0,041 M.
Sedangkan nilai konsentrasinya sebelum pengenceran adalah 1,025 M titrasi sebelum pengenceran nilainya
lebih besar dibandingkan konsentrasi
setelah diencerkan. Hal ini karena volume asam asetat sebelum pengenceran lebih
kecil daripada setelah pengenceran.
Reaksi
penetralannya :

Penitrasian
suatu larutan harus memperhatikan syarat-syarat tertentu yaitu yang pertama proses
titrasi adalah proses penambahan suatu larutan untuk mendapatkan jumlah ekuivalen yang tepat antar
kedua zat yang bereaksi dalam reaksi kimia yang kedua reaksi harus cermat dan
tepat kemudian reaksi harus ada perubahan nyata dalam hal sifat larutan saat reaksi sempurna dan titik akhir titrasi harus berhimpitan
dengan titik ekuivalen.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan
dari percobaan ini adalah :
1. Standarisasi merupakan suatu proses yang
digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi dari suatu larutan.
2. Fungsi indikator fenolftalein adalah
sebagai penunjuk akhir titrasi dalam pencapaian titik ekivalen.
3. Konsentrasi asam oksalat sebesar 0,1 M dan
0,2 ek/L
4. Penentuan konsentrasi asam asetat dalam
asam cuka dilakukan dengan cara mentitrasi larutan asam cuka komersial yang
telah diencerkan dengan larutan standar NaOH 0,1 N.
5. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan
nilai konsentrasi asam asetat sebesar 6,15 %.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J, dkk. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. ECG, Jakarta.
Day, R.A., Jr. 1998. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta.
Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern
Edisi Keempat Jilid I.
Erlangga: Jakarta.
Suryani, Iis. 2011 Standarisasi
larutan.
Diakses pada tanggal 17 November 2013.
Petrucci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar, Prinsif dan Terapan Modern.
Erlangga, Jakarta.
Pratama,
Anggi. 2003. Aplikasi LabView Sebagai
Pengukur Kadar Vitamin C Dalam Larutan Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri.
http://eprints.undip.ac.id/13378/1/05.pdf.
Diakses pada tanggal 17 November 2013.
Diakses pada tanggal 17 November 2013.
Semua berita yang ada di website anda sangat menarik perhatian untuk di simak, salam sehat. . . !! Semoga beritanya dapat bermanfaat! share ya gan, thanks nih!!
BalasHapus