KESETIMBANGAN HASIL KALI KELARUTAN ~ Laporan Praktikum Kimia Fisika Biologi Lengkap

Rabu, 24 September 2014



I.          TUJUAN PERCOBAAN
      Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk dapat memahami sifat larutan jenuh, kelarutan suatu garam dalam pelarut air dan menentukan hasil kali kelarutannya.
II.       TINJAUAN PUSTAKA
II.1.  Pengertian Kelarutan dari Suatu Garam
Bayangkan jika kita menambahkan satu sendok teh kristal natrium klorida (garam dapur) kedalam segelas air, kemudian diaduk. kristal itu larut, bukan?Apa yang terjadi jika kristal natrium klorida ditambahkan terus?Apakah natrium klorida selalu akan larut?Tentu tidak. Pada suatu saat larutan akan jenuh, dan garam tidak akan larut lebih banyak lagi. istilah kelarutan (solubility) dinyatakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam jumlah tertentu (Brady,1999).
        II.2.  Kesetimbangan Hasil Kali Kelarutan
Nilai Ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan, apakah belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan membandingkan hasil kali ion dengan hasil kali kelarutan, kriterianya adalah sebagai berikut :
1.        Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan dengan koefisiennya masing-
masing kurang dari nilai Ksp maka larutan belum jenuh dan tidak terjadi endapan.
2.      Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya masing-masing
sama dengan nilai Ksp maka kelarutannya tepat jenuhnamun tidak terjadi
endapan.
3.      Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya lebih dari nilai
Ksp, maka larutan disebut lewat jenuh dan terbentuk endapan (Syukri,1999).
Bila sejumlah garam AB yang sukar larut dimasukkan ke dalam air maka akan terjadi beberapa kemungkinan:
Ø  Garam AB larut semua lalu jika ditambah garam AB lagi masih dapat
 larut  larutan tak jenuh.
Ø  Garam AB larut semua lalu jika ditambah garam AB lagi tidak dapat
 larut  larutan jenuh.
Ø  Garam AB larut sebagian  larutan kelewat jenuh (Petrucci, 1992).
Ksp = HKK = hasil perkalian [kation] dengan [anion] dari larutan jenuh suatu elektrolit yang sukar larut menurut kesetimbangan heterogen. Kelarutan suatu elektrolit ialah banyaknya mol elektrolit yang sanggup melarut dalam tiap liter larutannya.
Contoh:
AgCl(s) → Ag+(aq) + Cl-(aq)
K = [Ag+] [Cl-]/[AgCl]
K . [AgCl] = [Ag+][Cl-]
KspAgCl = [Ag+] [Cl-]
Bila Ksp AgCl = 10-10 , maka berarti larutan jenuh AgCl dalam air pada suhu 25oC, Mempunyai nilai [Ag+] [Cl-] = 10-10 (Sopian, 2009).
Larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat terlarut yang larut dan yang tak larut.  Pembentukan larutan jenuh dapat dipercepat dengan pengadukan yang kuat dari zat terlarut yang berlebih.  Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu, untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan zat terlarut.  Lazimnya kelarutan dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 cm3 atau 100 gram pelarut pada temperatur yang sudah ditentukan (Brady, 1999).
Misalnya, jika endapan perak klorida ada dalam kesetimbangan dengan hukum larutan jenuhnya, maka kesetimbangan yang berikut terjadi
AgCl                  Ag+   +   Cl-
Ini merupakan kesetimbangan heterogen, karena AgCl ada dalam fase padat, sedang ion-ion Ag+ dan Cl- ada dalam fase terlarut. Tetapan kesetimbangan dapat ditulis sebagai
K    =
 
               [Ag+] [Cl-]
                  [AgCl]
Konsentrasi perak klorida dalam fase padat tak berubah, dan karenanya dapat dimasukkan ke dalam suatu tetapan baru, Ksp yang dinamakan hasil kali kelarutan:
Ksp   =   [Ag+] [Cl-]
Jadi dalam larutan jenuh perak klorida, pada suhu konstan, hasil kali konsentrasi ion perak dan ion klorida, adalah konstan (Brady, 1999).
Apa yang telah dikatakan untuk perak klorida, dapat diperluas secara umum. Untuk larutan jenuh suatu elektrolit AvA BvB yang terion menjadi ion-ion vAAm+ dan vBBn- :
AvA BvB                    vAAm+ + vBBn-
      Hasilkali kelarutan (Ks) dapat dinyatakan sebagai
Ksp  =  [Am+]vA x [Bn-]vB
(Brady, 1999).
Suatu larutan lewat jenuh biasanya dibuat dengan membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih tinggi. Menurut prinsip Le Chatelier, sistem pada keadaan setimbang menanggapi peningkatan salah satu pereaksinya dengan cara menggeser kesetimbangan dimana arah pereaksi tersebut dikonsumsi. Kelarutan senyawa ion yang sedikit larut semakin rendah kelarutannya dengan kehadiran senyawa lain yang memberikan ion senama. Pengaruh ion senama yang ditambahkan dalam larutan jenuh adalah menurunkan kelarutan, sedangkan pengaruh ion tak senama yang lebih dikenal dengan istilah pengaruh garam, cenderung meningkatkan kelarutan (Oktoby, 2001).
Hubungan hasil kali kelarutan berlaku dengan cukup tepat untuk maksud analisis kuantitatif, hanya untuk larutan jenuh elektrolit yang sedikit dapat larut dan dengan sedikit penambahan garam lain.  Dengan hadirnya garam dalam konsentrasi yang sedang, konsentrasi ion dan kuat larutan akan bertambah. Pada umumnya ini akan mengecilkan koefisien aktifitas kedua ion akibatnya konsentrasi ion dan kelarutan harus bertambah agar hasil kali kelarutan konstan. Efek ini, yang paling kentara bila elektrolit tambahan itu tidak bersekutu ion dengan garam yang sedikit dapat larut, dapat disebut efek garam (Brady, 1999).
Dalam penelitian ilmiah kesetimbangan hasil kali kelarutan dapat digunakan dalam teori. Misalnya dengan tujuan pemurnian larutan garam dapur. Dengan melakukan proses kimia yaitu caranya dengan penambahan floukulan dalam reaksi pengendapan CaCO3 dan MgOH2. Maka akan didapat kadar yang sesuai spesifikasi larutan garam sebagai umpan elektrolyzer( Lustika, 2005).

III.    ALAT DAN BAHAN
A.    Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah: gelas piala 100 m L ; erlenmeyer 100 m L; pipet volume (ukuran 5, 20, dan 25 m L; corong kaca.
B.      Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah: larutan jenuh MgCO3; CaCO3; BaCO3; larutan standar HCl 0,001 M; larutan standar NaOH 0,001 M; indikator fenol merah.

IV.     PROSEDUR KERJA
A.           Penentuan Titik Beku Pelarut
Semua peralatan gelas yang akan digunakan dikeringkan menggunakan kain atau kertas tisu. Menentukan kelaruatn suatu garam digunakan larutan jenuh dari garam tersebut ke dalam larutan jenuh garam ditambahkan HCl berlebih. Kelebihan HCl yang tidak bereaksi dengan garam direaksikan dengan NaOH berlebih. Jumlah sisa kelebihan NaOH yang tidak habis bereaksi kemudian dititrasi dengan HCl.
1. Dimasukkan 20 m L larutan jenuh MgCO3 dengan menggunakan pipet gondok kedalam Erlenmeyer.
2. Ditambahkan 5 m L Larutan HCl 0,001 M  dengan menggunakan pipet gondok.
3. Ditambahkan 10 m L larutan NaOH 0,001 M dengan menggunakan pipet gondok.
         4.  Dicuci buret dengan aquades dan keringkan
   5.  Diisi buret dengan larutan standar HCl 0,001 M.
6.      Ditambahkan indikator fenol merah ke dalam erlenmeyer
7.      Dititrasi larutan Erlenmeyer tadi dengan dengan larutan HCl 0,001 M dari buret sampai tepat terjadi perubahan warna yang konstan.
8.      Titrasi dihentikan, volume HCl yang diperlukan untuk titrasi dicatat.
       9. Diulangi titrasi sebanyak 2 kali lagi. Volume HCl yang digunakan kemudian dirata-ratakan.
10.  Prosedur yang sama dilakukan untuk larutan CaCO3.

V.           HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil dan Perhitungan
·   Hasil
5.1    Tabel Data Hasil Pengamatan MgCO3
No.
Percobaan
Pengamatan
1.


2.

3.

4.
5.

6.

7.







8.
Dimasukkan larutan jenuh MgCO3 ke dalam Erlenmeyer menggunakan pipet gondok.
Ditambahkan larutan HCl 0,01 M dengan pipet gondok.
Ditambahkan larutan NaOH 0,01 dengan pipet gondok.
Buret dicuci dan dikeringkan.
Buret diisi dengan larutan standar HCl 0,001 M.
Ditambahkan indikator fenol merah ke dalam erlenmeyer.
Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan HCl 0,001 M dalam buret sampai tepat terjadi perubahan warna dan hentikan titrasi. Ulangi sebanyak 2 kali.



Dirata-ratakan volume HCl
V MgCO3 = 20 mL


V HCl = 5 mL

V NaOH = 10 mL






Titrasi1
V HCl = 38,2 mL
Berubah warna dari merah muda menjadi bening.
Titrasi2
V HCl = 38,6 mL
Berubah warna dari merah muda menjadi bening.
Vrata-rata = 38,4 mL


5.2. Tabel Data Hasil Pengamatan CaCO3

No.
Percobaan
Pengamatan
1.


2.

3.

4.
5.

6.

7.







8.
Dimasukkan larutan jenuh CaCO3 ke dalam Erlenmeyer menggunakan pipet gondok.
Ditambahkan larutan HCl 0,01 M dengan pipet gondok.
Ditambahkan larutan NaOH 0,01 dengan pipet gondok.
Buret dicuci dan dikeringkan.
Buret diisi dengan larutan standar HCl 0,001 M.
Ditambahkan indikator fenol merah ke dalam erlenmeyer.
Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan HCl 0,001 M dalam buret sampai tepat terjadi perubahan warna dan hentikan titrasi.




Dirata-ratakan volume HCl
V CaCO3 = 20 mL


V HCl = 5 mL

V NaOH = 10 mL






Titrasi1
V HCl = 38,7 mL
Berubah warna dari merah muda menjadi bening.
Titrasi2
V HCl = 35,1 mL
Berubah warna dari merah muda menjadi bening.
Vrata-rata = 36,9 mL
·         Perhitungan
1.      Pada Larutan jenuh MgCO3
Konsentrasi HCl yang digunakan untuk mentitrasi = 0,001 M
Volume HCl rata-rata yang digunakan untuk titrasi = 38,4 mL
Jumlah mmol HCl yang ditambahkan pada langkah (2) = 0,01 M x 5 mL
                                                                                  = 0,05 mmol
Jumlah mmol NaOH yang ditambahkan pada langkah (3) = 0,01 M x 10mL
                                                                                 = 0.1mmol
Jumlah mmol HCl yang digunakan saat titrasi = N. Vtitrasi
                                                                                                                         = 0,001 M . 38,4 mL
                                                                                                             =  0,0384 mmol
Reaksi 1
                                        MgCO3     +          2HCl          MgCl2  +  H2CO3
mmol awal :                x mmol               0,05 mmol
bereaksi    :                  x mmol               2x mmol
         sisa         :               -                      (0,05 – 2x) mmol

Reaksi 2
                                    HCl                    +          NaOH        NaCl + H2O
     mmol awal :           (0,05 – 2x) mmol            0,1 mmol
            bereaksi     :     (0,05 – 2x) mmol            (0,05 – 2x) mmol
                sisa        :                -                           (0,05 + 2x) mmol

Reaksi 3(Titrasi)
                                    NaOH                +          HCl            NaCl + H2O
          mmol awal :      (0,05 + 2x) mmol           (0,05 – 2x) mmol
           bereaksi     :      (0,05 + 2x) mmol           (0,05 – 2x) mmol
         sisa       :                            -                                   -
(pada titik ekuivalen titrasi, jumlah mol asam sama dengan jumlah mol basa)
Karena pada saat titrasi, jumlah mmol HCl yang ditambahkan adalah  sebanyak 0,05 mmol, dan pada titik ekuivalen jumlah mmol H+ dari HCl sama dengan jumlah OH- dari NaOH, berarti :
(jumlah mmol NaOH)        = (jumlah mmol HCl)
      (0,05 + 2x) mmol  = 0,0384 mmol
                           2x                   = (0,0384 – 0,05) mmol
                          x        =
                          x        = -0.0058 mmol
Kelarutan MgCO3 adalah = -29 x 10-5 mol/L
MgCO3 akan terurai menjadi dua ion dalam pelarut air sehingga   Ksp-nya:
MgCO3                       Mg2+ +  CO32-
Ksp MgCO3 = [Mg2+][CO32-]
                             = (-29 x10-5)2
                                      = 841 x 10-10

2.      Pada larutan jenuh CaCO3
          Konsentrasi HCl yang digunakan untuk mentitrasi = 0,001 M
        Volume HCl yang digunakan untuk titrasi                = 36,9 mL
         Jumlah mmol HCl yang ditambahkan pada langkah (2)    = 0,01 M x 5 mL
                                                                                  = 0,05 mmol
          Jumlah mmol NaOH yang ditambahkan pada langkah (3)  = 0,01 M x 10mL
                                                                                              = 0,1 mmol
 Jumlah mmol HCl yang digunakan saat titrasi             = N. Vtitrasi
                                                                                                                                      = 0,001 M . 36,9 mL
                                                                                                             = 0,0369 mmol
Reaksi 1             
CaCO3    +     2HCl                    CaCl2     +    H2CO3
mmol  awal  :    x mmol           0,05       mmol     
bereaksi       :    x mmol               2x mmol
 sisa              :          -                (0,05-2x) mmol     

Reaksi 2                  
HCl             +       NaOH                  NaCl    +    H2O
mmol  awal :  (0,05-2x) mmol   0,01mmol                      
bereaksi      :  (0,05-2x) mmol    (0,05 - 2x) mmol
   sisa          :          -                   (0,05 + 2x) mmol    

Reaksi 3
NaOH         +           HCl                         NaCl  + H2O
mmol  awal  :      (0,05 + 2x) mmol   (0,05 - 2x)mmol                 
bereaksi       :      (0,05 + 2x) mmol   (0,05 - 2x)mmol
   sisa           :                  -                                  -
(pada titik ekuivalen titrasi, jumlah mol asam sama dengan jumlah mol basa)
Karena pada saat titrasi, jumlah mmol HCl yang ditambahkan adalah sebanyak 0,05 mmol, dan pada titik ekuivalen jumlah mmol H+ dari HCl sama dengan jumlah OH- dari NaOH, berarti :
(jumlah mmol NaOH) = (jumlah mmol HCl)
(0,05 + 2x) mmol = 0,0369 mmol
                          2x             = (0,0369 – 0,05) mmol
                                                   x          =
                          x        = -655 x 10-5 mmol
Kelarutan CaCO3 adalah = -32,75 x 10-5 mol/L
CaCO3 akan terurai menjadi dua ion dalam pelarut air sehingga   Ksp-nya :
CaCO3                        Ca2+ +  CO32-
Ksp CaCO3 = [Mg2+][CO32-]
    = (-32,75 x 10-5)2
    = 1072,56 x 10-10
B.      Pembahasan
Percobaan kali ini adalah mengetahui kesetimbangan hasil kali dari sebuah larutan. Bahan-bahan dari percobaan kali ini adalah menggunakan larutan standar HCL 0.001M sebagai titran. Hasil kali kelarutan adalah perkalian kelarutan antar konsentrasi ion-ion elektrolit yang sukar larut dalam larutan jenuhnya dipangkatkan koefisiennya masing. Hasil kali kelarutan dilambangkan dengan Ksp. Percobaan Kesetimbangan Hasil Kali Kelarutan dilakukan dengan dua larutan yaitu larutan MgCO3 dan CaCO3 melalui prosedur yang sama.
Hasil kali kelarutan mempunyai beberapa kriteria menurut refrensi(Syukri), yaitu kriterianya adalah apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan dengan koefisiennya masing-masing kurang dari nilai Ksp maka larutan belum jenuh dan tidak terjadi endapan, kemudian apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya masing-masing sama dengan nilai Ksp maka kelarutannya tepat jenuh namun tidak terjadi endapan dan apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya lebih dari nilai Ksp, maka larutan disebut lewat jenuh dan terbentuk endapan.
Menurut refrensi(Brady) menjelaskan bahwa kelarutan dari suatu garam adalah banyaknya garam yang dapat larut dalam suatu pelarut sampai garam tersebut tepat akan mengendap. Larutan jenuh merupakan suatu larutan yang mengandung zat terlarut sebanyak yang diperlukan untuk mempertahankan kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat terlarut yang tak larut. Larutan jenuh sendiri biasanya sering dianggap sebagai larutan yang mengendap. Untuk mencari harga kelarutan dari larutan jenuh tersebut, digunakan proses penitrasian dangan menggunakan indikator fenol merah.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Magnesium karbonat (MgCO3) dan kalsium karbonat (CaCO3). Percobaan yang pertama yaitu larutan jenuh MgCO3. Larutan jenuh MgCO3 diambil sebanyak 20mL dimasukkam kedalam buret lalu dicampurkan dengan larutan standar HCl sebanyak 5mL. Tujuan dari pencampuran HCl ini adalah untuk mengubah MgCO3 + HCl menjadi MgCl2 + H2O  + CO2. Kemudian ditambahkan dengan 10 ml NaOH 0,001 M dan ditetesi 2-3 tetes fenol merah sebagai indikator, warna awal larutan ini adalah merah muda. Kemudian larutan ini ditritasi dengan HCl 0,001 M yang sebelumnya sudah dimasukkan ke dalam buret lakukan titrasi dengan hati-hati dan perlahan dilihat dengan sekama sampai larutan dalam erlenmeyer berubah warna pada menjadi warna bening. Selanjutnya mencatat volume awal dan akhir HCl. Titrasi ini dilakukan masing-masing dua kali sehingga didapat volume rata-ratanya. Terakhir Ksp dari MgCO3 dan CaCO3 dihitung.
Kemudian percobaan selanjutnya dilakukan pada larutan jenuh CaCO3, dengan prosedur sama dengan yang dilakukan pada larutan jenuh MgCO3 yaitu dengan mengambil larutan CaCO3 sebanyak 20mL masukkan kedalam erlenmeyer, kemudian tambahkan larutan HCl 0,001 M 5 ml dan larutan NaOH 0,001 M 10 mL masukkan kedalam erlemeyer 100 ml. Kemudian dititrasi dengan larutan standar HCl 0,001 M setelah sebelumnya semua larutan dalam erlenmeyer ditetesi indikator fenol merah (larutan berwarna merah muda). Dititrasi perlahan hingga larutan berubah warna konstan menjadi larutan bening. Catat volume HCl yang terpakai kurangkan dengan volume awal sebelum titrasi. Titrasi dilakukan duplo atau dua kali.
Dari volume hasil titrasi diatas dan dengan reaksi-reaksi yang terjadi seperti berikut:
MgCO3                  MgCl + H2O + CO2
HCl                        HCl + H2O
NaOH                     NaCl +  H2O
Dapat ditentukan besarnya kelarutan dan hasil kali kelarutan MgCO3 yaitu besarnya kelarutan MgCO3 = -29 x 10-5 mol/L dan harga Ksp MgCO3  = 841 x 10-10
dengan rumus Ksp sebagai berikut :
MgCO3                    Mg2+ + CO32-
Ksp MgCO3 = [Mg2+] + [ CO32-]
Menurut referensi  berdasarkan data dari buku Kimia dasar 2 karangan Syukri bahwa hasil Ksp MgCO3 diketahui adalah 3,5x10-8 sedangkan pada praktikum hasil kali kelarutannya adalah 841 x 10-10. Perbedaan ini terjadi mungkin dikarenakan oleh kesalahan pada saat melakukan praktikum. Perbedaan ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor.
Percobaan yang dilakukan pada CaCO3 tidak telalu berbeda dengan perlakuan yang dilakukan pada MgCO3 yaitu dengan mengambil 20mL MgCO3 + 5mL larutan HCl 0,001M + 10mL NaOH 0,001M dimasukkan dalam erlenmeyer kemudian dengan larutan titrasi didalam buret. Titrasi ini dilakukan sebanyak dua kali, lalu merata-ratakan volume HCl yang digunakan saat titrasi yaitu 36,9 mL sehingga didapat harga Ksp yaitu 1072,56 x 10-10. Sedangkan Ksp teoritisnya berdasarkan data dari buku Kimia dasar 2 karangan Syukri adalah 4,8 x 10-9 M2.
Terdapat perbedaan yang signifikan dari data refrensi dan dari hasil praktikum. Di duga perbedaan hasil Ksp larutan ini dikarenakan oleh beberapa faktor.
Perbedaan ini terjadi karena :
1.    Praktikan kurang cermat dalam mengukur volume dari bahan-bahan yang akan digunakan pada umumnya mudah teroksidasi
2.    Kurang keahlian waktu menitrasi, yaitu karena kekeliruan praktikan membaca volume awal dan akhir sehingga mempengaruhi hasil akhir.
3.    Perbedaan harga Ksp dari hasil praktikum dengan teoritisnya mungkin disebabkan oleh alat-alat yang digunakan pada saat melakukan praktikum tidak/masih belum bersih saat mencucinya.
4.    Ketidak telitian praktikan dalam melakukan pengambilan bahan percobaan mungkin kurang dari volume yang diminta.
5.    Praktikan kurang berkomunikasi dengan asisten sehingga kurang cermat dalam menyelesaikan percobaan.
Salah satu cara untuk menentukan kelarutan dan hasil kali kelarutan suatu zat/garam dapat ditentukan dengan cara titrasi. Secara umum hubungan antara kelarutan dengan Ksp (hasil kali kelarutan) terhadap pengendapan larutan adalah sebagai berikut:
1.      Jika kelarutan > Ksp maka larutan akan mengendap.
2.      Jika kelarutan < Ksp maka kelarutan tidak mengendap.
3.      Jika kelarutan = Ksp maka kelarutan akan larut pada titik tepat jenuh.

VI.    KESIMPULAN
Dari percobaan dapat diambil kesimpulan hal-hal sebagai berikut :
 1.    Hasil kali kelarutan adalah nilai dari perkalian ion-ion dalam larutan  dimana pada suhu tertentu terjadi keseimbangan antara ion-ion tersebut dengan padatan
 2.   Kelarutan MgCO3 pada percobaan ini adalah -29 x 10-5 mol/L
 3.   Hasil kali kelarutan (Ksp) MgCO3 pada percobaan ini adalah 841 x 10-10 sedangkan Ksp teoritisnya 3,5 x 10-8
 4.   Kelarutan CaCO3 pada percobaan ini adalah -32,75 x 10-5 mol/L
 5.  Hasil kali kelarutan (Ksp) CaCO3 pada percobaan ini adalah 1072,56 x 10-10 sedangkan Ksp teoritisnya 4,8 x 10-9 M2.
 6.  Dalam praktikum ini larutan tidak mengendap karena kelarutannya lebih kecil daripada hasil kali kelarutan dari larutan tersebut.
 7.  Hasil kali kelarutan dipengaruhi oleh suhu, semakin besar suhu semakin besar pula Kspnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas. Jilid I. Binarupa Aksara : Jakarta.
Permanikasari, Lustika dan Andriani, Wanti. 2005 Pemurnian Larutan Garam (Brine) dan Impuritas Ca2+ dan Mg2+ dengan Penambahan Na2CO3 dan  NaOH
            http//www.google.com/2005/makalah_penelitian_lustika-wanti.pdf
            Diakses pada tanggal 21 November 2012 pukul 10.00 WITA
Oxtoby, D, 2001, Prinsip-prinsip Kimia Modern, Erlangga, Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar. Jilid 2. Erlangga : Jakarta.
Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid 2. ITB : Bandung.
Sopian, 2009. Konsep Kelarutan
http://kimia.upi.edu.com/2009/konsep-kelarutan.html
Diakses tangal 22 November 2012.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!