I.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah
untuk dapat memahami sifat larutan jenuh, kelarutan suatu garam dalam pelarut
air dan menentukan hasil kali kelarutannya.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
II.1. Pengertian Kelarutan dari Suatu Garam
Bayangkan jika
kita menambahkan satu sendok teh kristal natrium klorida (garam dapur) kedalam
segelas air, kemudian diaduk. kristal itu larut, bukan?Apa yang terjadi jika
kristal natrium klorida ditambahkan terus?Apakah natrium klorida selalu akan
larut?Tentu tidak. Pada suatu saat larutan akan jenuh, dan garam tidak akan
larut lebih banyak lagi. istilah kelarutan (solubility) dinyatakan
untuk menyatakan jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam jumlah tertentu
(Brady,1999).
II.2. Kesetimbangan Hasil Kali Kelarutan
Nilai
Ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan, apakah belum
jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan membandingkan hasil kali ion
dengan hasil kali kelarutan, kriterianya adalah sebagai berikut :
1.
Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan dengan
koefisiennya masing-
masing kurang dari
nilai Ksp maka larutan belum jenuh dan tidak terjadi endapan.
2. Apabila
hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya masing-masing
sama dengan nilai
Ksp maka kelarutannya tepat jenuhnamun tidak terjadi
endapan.
3.
Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan
koefisiennya lebih dari nilai
Ksp, maka larutan
disebut lewat jenuh dan terbentuk endapan (Syukri,1999).
Bila
sejumlah garam AB yang sukar larut dimasukkan ke dalam air maka akan terjadi
beberapa kemungkinan:
Ø Garam
AB larut semua lalu jika ditambah garam AB lagi masih dapat
larut larutan tak jenuh.
larut larutan tak jenuh.
Ø Garam
AB larut semua lalu jika ditambah garam AB lagi tidak dapat
larut larutan jenuh.
larut larutan jenuh.
Ø Garam
AB larut sebagian larutan kelewat jenuh
(Petrucci, 1992).
Ksp
= HKK = hasil perkalian [kation] dengan [anion] dari larutan jenuh suatu
elektrolit yang sukar larut menurut kesetimbangan heterogen. Kelarutan suatu
elektrolit ialah banyaknya mol elektrolit yang sanggup melarut dalam tiap liter
larutannya.
Contoh:
AgCl(s) → Ag+(aq) + Cl-(aq)
K = [Ag+] [Cl-]/[AgCl]
K . [AgCl] = [Ag+][Cl-]
KspAgCl = [Ag+] [Cl-]
Bila Ksp AgCl = 10-10
, maka berarti larutan jenuh AgCl dalam air pada suhu 25oC, Mempunyai
nilai [Ag+] [Cl-] = 10-10 (Sopian, 2009).
Larutan jenuh
didefinisikan sebagai larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang
diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat terlarut yang larut dan yang
tak larut. Pembentukan larutan jenuh
dapat dipercepat dengan pengadukan yang kuat dari zat terlarut yang
berlebih. Banyaknya zat terlarut yang
melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu, untuk menghasilkan suatu larutan
jenuh disebut kelarutan zat terlarut.
Lazimnya kelarutan dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 cm3
atau 100 gram pelarut pada temperatur yang sudah ditentukan (Brady, 1999).
Misalnya, jika
endapan perak klorida ada dalam kesetimbangan dengan hukum larutan jenuhnya,
maka kesetimbangan yang berikut terjadi

Ini
merupakan kesetimbangan heterogen, karena AgCl ada dalam fase padat, sedang
ion-ion Ag+ dan Cl- ada dalam fase terlarut. Tetapan
kesetimbangan dapat ditulis sebagai
|

Konsentrasi
perak klorida dalam fase padat tak berubah, dan karenanya dapat dimasukkan ke
dalam suatu tetapan baru, Ksp
yang dinamakan hasil kali kelarutan:
Ksp =
[Ag+] [Cl-]
Jadi dalam larutan
jenuh perak klorida, pada suhu konstan, hasil kali konsentrasi ion perak dan
ion klorida, adalah konstan (Brady, 1999).
Apa yang telah dikatakan untuk perak klorida, dapat
diperluas secara umum. Untuk larutan jenuh suatu elektrolit AvA BvB
yang terion menjadi ion-ion vAAm+ dan vBBn-
:

Hasilkali
kelarutan (Ks) dapat
dinyatakan sebagai
Ksp = [Am+]vA
x [Bn-]vB
(Brady, 1999).
Suatu larutan
lewat jenuh biasanya dibuat dengan membuat larutan jenuh pada temperatur yang
lebih tinggi. Menurut prinsip
Le Chatelier, sistem pada keadaan setimbang menanggapi peningkatan salah satu
pereaksinya dengan cara menggeser kesetimbangan dimana arah pereaksi tersebut
dikonsumsi. Kelarutan senyawa ion yang sedikit larut semakin rendah
kelarutannya dengan kehadiran senyawa lain yang memberikan ion senama. Pengaruh
ion senama yang ditambahkan dalam larutan jenuh adalah menurunkan kelarutan,
sedangkan pengaruh ion tak senama yang lebih dikenal dengan istilah pengaruh
garam, cenderung meningkatkan kelarutan (Oktoby, 2001).
Hubungan hasil
kali kelarutan berlaku dengan cukup tepat untuk maksud analisis kuantitatif,
hanya untuk larutan jenuh elektrolit yang sedikit dapat larut dan dengan
sedikit penambahan garam lain. Dengan
hadirnya garam dalam konsentrasi yang sedang, konsentrasi ion dan kuat larutan
akan bertambah. Pada umumnya ini akan mengecilkan koefisien aktifitas kedua ion
akibatnya konsentrasi ion dan kelarutan harus bertambah agar hasil kali
kelarutan konstan. Efek ini, yang paling kentara bila elektrolit tambahan itu tidak
bersekutu ion dengan garam yang sedikit dapat larut, dapat disebut efek garam
(Brady, 1999).
Dalam penelitian ilmiah kesetimbangan
hasil kali kelarutan dapat digunakan dalam teori. Misalnya dengan tujuan
pemurnian larutan garam dapur. Dengan melakukan proses kimia yaitu caranya
dengan penambahan floukulan dalam reaksi pengendapan CaCO3 dan MgOH2.
Maka akan didapat kadar yang sesuai spesifikasi larutan garam sebagai
umpan elektrolyzer( Lustika, 2005).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam
percobaan ini adalah: gelas piala 100 m L ; erlenmeyer 100 m L; pipet volume
(ukuran 5, 20, dan 25 m L; corong kaca.
B. Bahan
Bahan-bahan
yang diperlukan pada percobaan ini adalah: larutan jenuh MgCO3; CaCO3;
BaCO3; larutan standar HCl 0,001 M; larutan standar NaOH 0,001 M;
indikator fenol merah.
IV.
PROSEDUR KERJA
A.
Penentuan
Titik Beku Pelarut
Semua peralatan gelas yang akan digunakan dikeringkan
menggunakan kain atau kertas tisu. Menentukan kelaruatn suatu garam digunakan
larutan jenuh dari garam tersebut ke dalam larutan jenuh garam ditambahkan HCl
berlebih. Kelebihan HCl yang tidak bereaksi dengan garam direaksikan dengan
NaOH berlebih. Jumlah sisa kelebihan NaOH yang tidak habis bereaksi kemudian
dititrasi dengan HCl.
1. Dimasukkan 20 m L larutan jenuh MgCO3
dengan menggunakan pipet gondok kedalam Erlenmeyer.
2. Ditambahkan 5 m L Larutan HCl 0,001 M dengan menggunakan pipet gondok.
3. Ditambahkan 10 m L larutan NaOH 0,001 M dengan
menggunakan pipet gondok.
4. Dicuci buret dengan aquades dan keringkan
5. Diisi buret dengan larutan standar HCl 0,001
M.
6.
Ditambahkan
indikator fenol merah ke dalam erlenmeyer
7.
Dititrasi
larutan Erlenmeyer tadi dengan dengan larutan HCl 0,001 M dari buret sampai
tepat terjadi perubahan warna yang konstan.
8.
Titrasi
dihentikan, volume HCl yang diperlukan untuk titrasi dicatat.
9. Diulangi
titrasi sebanyak 2 kali lagi. Volume HCl yang digunakan kemudian
dirata-ratakan.
10.
Prosedur
yang sama dilakukan untuk larutan CaCO3.
V.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
dan Perhitungan
· Hasil
5.1 Tabel
Data Hasil Pengamatan MgCO3
No.
|
Percobaan
|
Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Dimasukkan larutan jenuh MgCO3 ke
dalam Erlenmeyer menggunakan pipet gondok.
Ditambahkan larutan HCl 0,01 M dengan
pipet gondok.
Ditambahkan larutan NaOH 0,01 dengan
pipet gondok.
Buret dicuci dan dikeringkan.
Buret diisi dengan larutan standar HCl
0,001 M.
Ditambahkan indikator fenol merah ke
dalam erlenmeyer.
Dititrasi larutan dalam erlenmeyer
dengan HCl 0,001 M dalam buret sampai tepat terjadi perubahan warna dan
hentikan titrasi. Ulangi sebanyak 2 kali.
Dirata-ratakan volume HCl
|
V MgCO3 = 20 mL
V HCl = 5 mL
V NaOH = 10 mL
Titrasi1
V HCl = 38,2 mL
Berubah warna dari merah muda menjadi
bening.
Titrasi2
V HCl = 38,6 mL
Berubah warna dari merah muda menjadi
bening.
Vrata-rata = 38,4 mL
|
5.2.
Tabel Data Hasil Pengamatan CaCO3
No.
|
Percobaan
|
Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Dimasukkan larutan jenuh CaCO3 ke
dalam Erlenmeyer menggunakan pipet gondok.
Ditambahkan larutan HCl 0,01 M dengan
pipet gondok.
Ditambahkan larutan NaOH 0,01 dengan
pipet gondok.
Buret dicuci dan dikeringkan.
Buret diisi dengan larutan standar HCl
0,001 M.
Ditambahkan indikator fenol merah ke
dalam erlenmeyer.
Dititrasi larutan dalam erlenmeyer
dengan HCl 0,001 M dalam buret sampai tepat terjadi perubahan warna dan
hentikan titrasi.
Dirata-ratakan volume HCl
|
V CaCO3 = 20 mL
V HCl = 5 mL
V NaOH = 10 mL
Titrasi1
V HCl = 38,7 mL
Berubah warna dari merah muda menjadi bening.
Titrasi2
V HCl = 35,1 mL
Berubah warna dari merah muda menjadi
bening.
Vrata-rata = 36,9 mL
|
·
Perhitungan
1. Pada
Larutan jenuh MgCO3
Konsentrasi HCl yang digunakan
untuk mentitrasi = 0,001 M
Volume HCl rata-rata yang digunakan
untuk titrasi = 38,4 mL
Jumlah mmol HCl
yang ditambahkan pada langkah (2) = 0,01 M x 5 mL
= 0,05 mmol
Jumlah mmol NaOH yang
ditambahkan pada langkah (3) = 0,01 M x 10mL
= 0.1mmol
Jumlah mmol HCl
yang digunakan saat titrasi = N. Vtitrasi
=
0,001 M . 38,4 mL
= 0,0384 mmol
Reaksi
1
MgCO3 + 2HCl
MgCl2
+ H2CO3

mmol awal : x mmol 0,05 mmol
bereaksi : x mmol 2x mmol
sisa : - (0,05
– 2x) mmol
Reaksi
2
HCl + NaOH
NaCl + H2O

mmol awal : (0,05 – 2x) mmol 0,1
mmol
bereaksi : (0,05 – 2x) mmol (0,05 – 2x) mmol
sisa : - (0,05
+ 2x) mmol
Reaksi
3(Titrasi)
NaOH + HCl
NaCl + H2O

mmol awal : (0,05 + 2x) mmol (0,05
– 2x) mmol
bereaksi : (0,05
+ 2x) mmol (0,05 – 2x) mmol
sisa
: - -
(pada titik
ekuivalen titrasi, jumlah mol asam sama dengan jumlah mol basa)
Karena pada saat titrasi, jumlah mmol HCl yang ditambahkan
adalah sebanyak 0,05 mmol, dan pada
titik ekuivalen jumlah mmol H+ dari HCl sama dengan jumlah OH- dari
NaOH, berarti :
(jumlah mmol
NaOH) = (jumlah mmol HCl)
(0,05 + 2x) mmol = 0,0384 mmol
2x = (0,0384 – 0,05) mmol
x = 

x = -0.0058 mmol
Kelarutan
MgCO3 adalah
= -29 x 10-5 mol/L

MgCO3 akan terurai menjadi dua ion dalam
pelarut air sehingga Ksp-nya:

Ksp
MgCO3 = [Mg2+][CO32-]
= (-29 x10-5)2
=
841 x 10-10
2. Pada
larutan jenuh CaCO3
Konsentrasi HCl yang digunakan untuk
mentitrasi = 0,001 M
Volume
HCl yang digunakan untuk titrasi = 36,9
mL
Jumlah mmol HCl yang ditambahkan pada langkah
(2) = 0,01 M x 5 mL
= 0,05
mmol
Jumlah mmol NaOH yang ditambahkan pada langkah
(3) = 0,01 M x 10mL
= 0,1
mmol
Jumlah mmol HCl yang digunakan saat titrasi = N. Vtitrasi
= 0,001 M . 36,9 mL
= 0,0369 mmol
Reaksi
1

mmol awal
: x mmol 0,05 mmol
bereaksi : x mmol 2x mmol
sisa : - (0,05-2x) mmol
Reaksi
2

mmol awal : (0,05-2x) mmol 0,01mmol
bereaksi : (0,05-2x) mmol (0,05 - 2x) mmol
sisa :
- (0,05 + 2x) mmol
Reaksi 3

mmol awal :
(0,05 +
2x) mmol (0,05 - 2x)mmol
bereaksi : (0,05 + 2x) mmol (0,05 - 2x)mmol
sisa
: - -
(pada titik
ekuivalen titrasi, jumlah mol asam sama dengan jumlah mol basa)
Karena
pada saat titrasi, jumlah mmol HCl yang ditambahkan adalah sebanyak 0,05 mmol,
dan pada titik ekuivalen jumlah mmol H+ dari HCl sama dengan jumlah
OH- dari NaOH, berarti :
(jumlah mmol
NaOH) = (jumlah mmol HCl)
(0,05 + 2x) mmol
= 0,0369 mmol
2x
= (0,0369 – 0,05) mmol
x = 

x =
-655 x 10-5 mmol
Kelarutan CaCO3
adalah
= -32,75 x 10-5 mol/L

CaCO3 akan terurai menjadi dua ion dalam
pelarut air sehingga Ksp-nya :

Ksp
CaCO3 = [Mg2+][CO32-]
= (-32,75 x 10-5)2
= 1072,56 x 10-10
B. Pembahasan
Percobaan kali
ini adalah mengetahui kesetimbangan hasil kali dari sebuah larutan. Bahan-bahan
dari percobaan kali ini adalah menggunakan larutan standar HCL 0.001M sebagai
titran. Hasil kali kelarutan adalah perkalian kelarutan antar konsentrasi
ion-ion elektrolit yang sukar larut dalam larutan jenuhnya dipangkatkan
koefisiennya masing. Hasil kali kelarutan dilambangkan dengan Ksp. Percobaan
Kesetimbangan Hasil Kali Kelarutan dilakukan dengan dua larutan yaitu larutan
MgCO3 dan CaCO3 melalui prosedur yang sama.
Hasil kali kelarutan mempunyai beberapa
kriteria menurut refrensi(Syukri), yaitu kriterianya adalah apabila
hasil kali ion-ion yang dipangkatkan dengan koefisiennya masing-masing kurang
dari nilai Ksp maka larutan belum jenuh dan tidak terjadi endapan, kemudian
apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya masing-masing sama
dengan nilai Ksp maka kelarutannya tepat jenuh namun tidak terjadi endapan dan
apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya lebih dari nilai Ksp,
maka larutan disebut lewat jenuh dan terbentuk endapan.
Menurut
refrensi(Brady) menjelaskan bahwa kelarutan dari suatu garam adalah banyaknya
garam yang dapat larut dalam suatu pelarut sampai garam tersebut tepat akan
mengendap. Larutan jenuh
merupakan suatu larutan yang mengandung zat terlarut sebanyak yang diperlukan
untuk mempertahankan kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat
terlarut yang tak larut. Larutan
jenuh sendiri biasanya sering dianggap sebagai larutan yang mengendap. Untuk
mencari harga kelarutan dari larutan jenuh tersebut, digunakan proses
penitrasian dangan menggunakan indikator fenol merah.
Bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah Magnesium karbonat (MgCO3) dan
kalsium karbonat (CaCO3). Percobaan yang pertama yaitu larutan jenuh
MgCO3. Larutan jenuh MgCO3 diambil sebanyak 20mL
dimasukkam kedalam buret lalu dicampurkan dengan larutan standar HCl sebanyak
5mL. Tujuan dari pencampuran HCl ini adalah untuk mengubah MgCO3 +
HCl menjadi MgCl2 + H2O
+ CO2. Kemudian ditambahkan dengan 10 ml NaOH 0,001 M dan ditetesi
2-3 tetes fenol merah sebagai indikator, warna awal larutan ini adalah merah
muda. Kemudian larutan ini ditritasi dengan HCl 0,001 M yang sebelumnya sudah
dimasukkan ke dalam buret lakukan titrasi dengan hati-hati dan perlahan dilihat
dengan sekama sampai larutan dalam erlenmeyer berubah warna pada menjadi warna
bening. Selanjutnya mencatat volume awal dan akhir HCl. Titrasi ini dilakukan
masing-masing dua kali sehingga didapat volume rata-ratanya. Terakhir Ksp dari
MgCO3 dan CaCO3 dihitung.
Kemudian percobaan selanjutnya dilakukan pada larutan jenuh CaCO3,
dengan prosedur sama dengan yang dilakukan pada larutan jenuh MgCO3
yaitu dengan mengambil larutan CaCO3 sebanyak 20mL masukkan kedalam
erlenmeyer, kemudian tambahkan larutan HCl 0,001 M 5 ml dan larutan NaOH 0,001
M 10 mL masukkan kedalam erlemeyer 100 ml. Kemudian dititrasi dengan larutan
standar HCl 0,001 M setelah sebelumnya semua larutan dalam erlenmeyer ditetesi
indikator fenol merah (larutan berwarna merah muda). Dititrasi perlahan hingga
larutan berubah warna konstan menjadi larutan bening. Catat volume HCl yang
terpakai kurangkan dengan volume awal sebelum titrasi. Titrasi dilakukan duplo
atau dua kali.
Dari volume hasil titrasi diatas dan dengan reaksi-reaksi yang terjadi
seperti berikut:



Dapat
ditentukan besarnya kelarutan dan hasil kali kelarutan MgCO3 yaitu
besarnya kelarutan MgCO3 = -29 x 10-5 mol/L dan harga Ksp
MgCO3 = 841 x
10-10
dengan rumus Ksp
sebagai berikut :

Ksp MgCO3
= [Mg2+] + [ CO32-]
Menurut referensi berdasarkan data dari buku Kimia dasar 2 karangan Syukri bahwa
hasil Ksp MgCO3 diketahui adalah
3,5x10-8 sedangkan pada praktikum hasil kali kelarutannya adalah 841
x 10-10. Perbedaan ini terjadi mungkin dikarenakan oleh kesalahan
pada saat melakukan praktikum. Perbedaan ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor.
Percobaan yang dilakukan pada CaCO3 tidak telalu berbeda
dengan perlakuan yang dilakukan pada MgCO3 yaitu dengan mengambil
20mL MgCO3 + 5mL larutan HCl 0,001M + 10mL NaOH 0,001M dimasukkan dalam
erlenmeyer kemudian dengan larutan titrasi didalam buret. Titrasi ini dilakukan
sebanyak dua kali, lalu merata-ratakan volume HCl yang digunakan saat titrasi
yaitu 36,9 mL sehingga didapat harga Ksp yaitu 1072,56 x 10-10. Sedangkan
Ksp teoritisnya berdasarkan data dari buku Kimia dasar 2 karangan Syukri adalah 4,8 x 10-9 M2.
Terdapat perbedaan yang signifikan dari
data refrensi dan dari hasil praktikum. Di duga perbedaan hasil Ksp larutan ini
dikarenakan oleh beberapa faktor.
Perbedaan ini
terjadi karena :
1.
Praktikan
kurang cermat dalam mengukur volume dari bahan-bahan yang akan digunakan pada
umumnya mudah teroksidasi
2.
Kurang
keahlian waktu menitrasi, yaitu karena kekeliruan praktikan membaca volume awal
dan akhir sehingga mempengaruhi hasil akhir.
3.
Perbedaan
harga Ksp dari hasil praktikum dengan teoritisnya mungkin disebabkan oleh
alat-alat yang digunakan pada saat melakukan praktikum tidak/masih belum bersih
saat mencucinya.
4.
Ketidak
telitian praktikan dalam melakukan pengambilan bahan percobaan mungkin kurang
dari volume yang diminta.
5.
Praktikan
kurang berkomunikasi dengan asisten sehingga kurang cermat dalam menyelesaikan
percobaan.
Salah satu cara untuk menentukan kelarutan dan hasil kali kelarutan suatu
zat/garam dapat ditentukan dengan cara titrasi. Secara umum hubungan antara
kelarutan dengan Ksp (hasil kali kelarutan) terhadap pengendapan larutan adalah
sebagai berikut:
1. Jika kelarutan > Ksp maka larutan akan mengendap.
2. Jika kelarutan < Ksp maka kelarutan tidak mengendap.
3. Jika kelarutan = Ksp maka kelarutan akan larut pada titik
tepat jenuh.
VI. KESIMPULAN
Dari percobaan
dapat diambil kesimpulan hal-hal sebagai berikut :
1. Hasil kali kelarutan adalah nilai dari
perkalian ion-ion dalam larutan dimana
pada suhu tertentu terjadi keseimbangan antara ion-ion tersebut dengan padatan
2. Kelarutan
MgCO3 pada percobaan ini adalah -29 x 10-5 mol/L
3. Hasil kali kelarutan (Ksp) MgCO3 pada
percobaan ini adalah 841 x 10-10 sedangkan Ksp teoritisnya 3,5 x 10-8
4. Kelarutan CaCO3 pada percobaan ini
adalah -32,75
x 10-5 mol/L
5. Hasil
kali kelarutan (Ksp) CaCO3 pada percobaan ini adalah 1072,56 x 10-10 sedangkan Ksp teoritisnya 4,8 x 10-9
M2.
6. Dalam praktikum ini larutan tidak mengendap karena
kelarutannya lebih kecil daripada hasil kali kelarutan dari larutan tersebut.
7. Hasil kali kelarutan
dipengaruhi oleh suhu, semakin besar suhu semakin besar pula Kspnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas. Jilid I.
Binarupa Aksara : Jakarta.
Permanikasari, Lustika
dan Andriani, Wanti. 2005 Pemurnian
Larutan Garam (Brine) dan Impuritas Ca2+ dan Mg2+ dengan
Penambahan Na2CO3 dan
NaOH
http//www.google.com/2005/makalah_penelitian_lustika-wanti.pdf
Diakses pada tanggal 21 November 2012 pukul 10.00 WITA
Oxtoby, D, 2001, Prinsip-prinsip
Kimia Modern, Erlangga, Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar. Jilid 2.
Erlangga : Jakarta.
Syukri. 1999. Kimia Dasar
Jilid 2. ITB : Bandung.
Sopian, 2009. Konsep Kelarutan
http://kimia.upi.edu.com/2009/konsep-kelarutan.html
Diakses tangal 22 November 2012.
0 komentar:
Posting Komentar