I.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini
adalah untuk dapat mengetahui dan menjelaskan pengaruh jenis ikatan suatu
senyawa terhadap sifat fisis dan sifat kimia dari senyawa tersebut.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Ikatan ion
terbentuk jika terjadinya perpindahan elektron di antara atom untuk membentuk
partikel yang bermuatan listrik dan mempunyai daya tarik-menarik. Daya tarik
menarik di antara ion-ion yang bermuatan berlawanan merupakan suatu ikatan ion.
Ikatan kovalen terbentuk dari terbaginya (sharing) elektron di antara
atom-atom. Dengan perkataan lain, daya tarik-menarik inti atom pada elektron
yang terbagi di antara elektron itu merupakan suatu ikatan kovalen ( Brady,
1999 ).
Ikatan kimia
adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam interaksi gaya tarik
menarik antara dua atom
atau molekul
yang menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil.
Penjelasan mengenai gaya tarik menarik ini sangatlah rumit dan dijelaskan oleh elektrodinamika
kuantum. Dalam prakteknya, para kimiawan biasanya bergantung pada teori
kuantum atau penjelasan kualitatif yang kurang kaku (namun lebih mudah
untuk dijelaskan) dalam menjelaskan ikatan kimia. Secara umum, ikatan kimia
yang kuat diasosiasikan dengan transfer elektron antara dua atom yang
berpartisipasi. Ikatan kimia menjaga molekul-molekul, kristal, dan
gas-gas diatomik untuk tetap bersama. Selain itu ikatan kimia juga menentukan struktur suatu
zat
( John, 2009 ).
Kekuatan
ikatan-ikatan kimia sangatlah bervariasi. Pada umumnya, ikatan
kovalen dan ikatan ion dianggap sebagai ikatan "kuat",
sedangkan ikatan hidrogen dan ikatan van der Waals dianggap sebagai ikatan
"lemah". Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa ikatan
"lemah" yang paling kuat dapat lebih kuat daripada ikatan
"kuat" yang paling lemah ( John, 2009 ).
Atom
H hanya memiliki satu elektron dan satu proton. Karena itu atom H tidak
stabil.Untuk mencapai kestabilan, atom H membentuk duplet dengan sesamanya,
menjadi H2. Ikatankovalen seperti pada H2 digolongkan ikatan kovalen non polar,
karena keelektronegatifan sama, pasangan elektron terdapat tepat ditengah. Jadi
molekul H2 netral, tidak memiliki kutub. Karena dalam molekul H2 terdapat satu
ikatan kovalen, maka H2 dikelompokkan ke dalam senyawa yang berikatan kovalen tunggal
yang bersifat non polar (Karliana, 2011).
Dalam gambaran yang paling sederhana dari
ikatan non-polar atau ikatan kovalen, satu atau lebih elektron, biasanya
berpasangan, ditarik menuju sebuah wilayah diantara dua inti atom. Gaya ini
dapat mengatasi gaya tolak menolak antara dua inti atom yang positif, sehingga
atraksi ini menjaga kedua atom untuk tetap bersama, walaupun keduanya masih
akan tetap bergetar dalam keadaan kesetimbangan. Ringkasnya, ikatan kovalen
melibatkan elektron-elektron yang dikongsi dan dua atau lebih inti atom yang
bermuatan positif secara bersamaan menarik elektron-elektron bermuatan negatif
yang dikongsi ( John, 2009 ).
Dua atom yang berdekatan satu sama lainnya
akan membentuk ikatan. Ikatan ion adalah ikatan antara ion positif dan
negatif. Atom yang melepaskan
elektron akan menjadi ion positif, sebaliknya yang menerima akan menjadi ion
negatif. Senyawa ion yang terbentuk dari ion positif dan negatif tersusun
selang seling membentuk molekul raksasa ( Syukri, 1999 ).
Semua bentuk ikatan dapat dijelaskan
dengan teori kuantum, namun dalam prakteknya, kaidah-kaidah yang disederhanakan
mengijinkan para kimiawan untuk memprediksikan kekuatan, arah, dan polaritas
sebuah ikatan. Kaidah oktet (Bahasa Inggris:
octet rule) dan teori VSEPR adalah dua contoh kaidah yang
disederhanakan tersebut. Ada pula teori-teori yang lebih canggih, yaitu teori ikatan valens yang meliputi hibridisasi orbital dan resonans, dan metode
orbital molekul kombinasi linear orbital atom (Bahasa Inggris: Linear
combination of atomic orbitals molecular orbital method) yang meliputi teori
medan ligan. Elektrostatika digunakan
untuk menjelaskan polaritas ikatan dan efek-efeknya terhadap zat-zat kimia
( John, 2009 ).
Spekulasi awal dari sifat-sifat ikatan
kimia yang berawal dari abad ke-12 mengganggap spesi kimia tertentu disatukan
oleh sejenis afinitas kimia. Pada tahun
1704, Isaac
Newton menggarisbesarkan teori ikatan atomnya pada "Query 31"
buku Opticksnya dengan mengatakan atom-atom disatukan
satu sama lain oleh "gaya" tertentu ( John, 2009 ).
Hasil kerja ini menunjukkan bahwa
pendekatan kuantum terhadap ikatan kimia dapat secara mendasar dan kuantitatif
tepat. Namun metode ini tidak mampu dikembangkan lebih jauh untuk menjelaskan
molekul yang memiliki lebih dari satu elektron. Pendekatan yang lebih praktis
namun kurang kuantitatif dikembangkan pada tahun yang sama oleh Walter Heitler and Fritz London. Metode
Heitler-London menjadi dasar dari teori ikatan valensi. Pada tahun 1929, metode
orbital molekul kombinasi linear orbital atom (Bahasa Inggris: linear
combination of atomic orbitals molecular orbital method), disingkat LCAO,
diperkenalkan oleh Sir John Lennard-Jones
yang bertujuan menurunkan struktur elektronik dari molekul F2 (fluorin) dan O2
(oksigen)
berdasarkan prinsip-prinsip dasar kuantum ( John, 2009 ).
Persamaan ikatan elektron pada
multielektron tidak dapat diselesaikan secara analitik, namun dapat dilakukan
pendekatan yang memberikan hasil dan prediksi yang secara kualitatif cukup
baik. Kebanyakan perhitungan kuantitatif pada kimia
kuantum modern menggunakan baik teori ikatan valensi maupun teori orbital
molekul sebagai titik awal, walaupun pendekatan ketiga, teori fungsional
rapatan (Bahasa Inggris: density functional theory), mulai
mendapatkan perhatian yang lebih akhir-akhir ini
( Dody, 2009 ).
( Dody, 2009 ).
Sifat senyawa ion beberapa sifat senyawa
ion yang penting adalah sebagai berikut: larutan atau leburannya dapat
menghantarkan arus listrik, mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi,
sangat keras dan getas, pada umumnya larut dalam pelarut polar dan tidak larut
dalam pelarut non polar ( Baroroh, 2004).
Sifat
senyawa kovalen
sifat-sifat
senyawa kovalen antara lain kebanyakan menunjukkan titik leleh rendah, pada
suhu kamar berbentuk cairan atau gas, larut dalam pelarut non polar dan sedikit
larut dalam air, sedikit menghantarkan listrik, mudah terbakar dan banyak yang
berbau ( Syukri, 1999 ).
III. ALAT DAN BAHAN
A.
Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan
ini adalah : tabung reaksi, termometer, gelas piala, elektroda karbon, lampu
spiritus, sudip kaca, pipet tetes.
B.
Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan
ini adalah : aquades, urea, naftalena, Kristal NaCl, KI, MgSO4 dan
isopropil alkohol.
III.
PROSEDUR KERJA
A.
Perbandingan Titik Leleh
a) Dimasukkan sejumlah kecil (1-2)
sudip ke dalam tabung reaksi, dan
dimasukkan termometer ke dalam tabung reaksi tersebut.
b) Dipanaskan tabung reaksi dengan
menggunakan lampu spiritus, perubahan yang terjadi pada sampel urea di dalam
tabung reaksi diamati.
c) Dicatat suhu tepat urea yang meleleh,
suhu pada saat seluruh sampel urea meleleh dicatat. Kisaran suhu ini merupakan
kisaran titik leleh dari sampel urea.
d) Diulang percobaan sebanyak 3 kali.
e) Dilakukan prosedur yang sama untuk
naftalena.
f) Dilakukan lagi percobaan diatas
untuk senyawa NaCl, KI, dan MgSO4. Data titik leleh dari
senyawa-senyawa tersebut dicari berdasarkan buku referensi.
B. Perbandingan Kelarutan
a.
Diisi tabung reaksi dengan air (tabung
I) dan tabung reaksi lain dengan karbon tetraklorida (tabung II).
b. Ditambahkan
urea pada masing-masing tabung, campuran dalam setiap tabung dikocok.
c. Diamati
apakah urea larut dalam tabung I maupun tabung II
d. Dilakukan
percobaan diatas dengan prosedur yang sama untuk naftalena, isopropyl alcohol,
NaCl, KI, dan MgSO4.
e. Diamati
kelarutan dari setiap senyawa dalam masing-masing tabung.
C.
Perbandingan Daya Hantar
a. Diisi
gelas piala dengan sekitar 50 ml akuades.
b. Dihubungkan
elektroda karbon dengan arus listrik dan lampu.
c. Dimasukkan
ke dalam gelas piala berisi akuades elektoda karbon yang telah dihubungkan
dengan arus listrik dan lampu tadi. Amati perubahan yang terjadi.
d. Diulangi
prosedur (a-c), kali ini dengan menambahkan beberapa tetes isopropil alkohol.
Perubahan yang terjadi lalu diamati.
e.
Dilakukan percobaan diatas dengan prosedur
yang sama namun dengan ditambahkan urea; naftalena; NaCl; KI; dan MgSO4.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
a. Perbandingan titik leleh
No.
|
Langkah
Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Urea [(NH2)2CO] dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan termometer dimasukkan.
|
Urea berbentuk
padatan
|
2.
|
Tabung reaksi dipanaskan di atas api spritus.
|
Urea
meleleh
|
3.
|
Suhu dicatat saat contoh urea mulai meleleh dan suhu saat seluruh contoh
urea telah meleleh.
|
Percobaan
I : T1=
500C dan T2
= 920C
P Percobaan II : T1=
430C dan T2 = 850C
|
4.
5.
|
Percobaan diulangi untuk naftalena.
Kisaran titik leleh dicatat untuk tiap senyawa mengulangi pengamatan dua
kali.
|
T rata-rata:T1
= 46,50C dan T2 = 88,5°C
Percobaan I : T1=
340C dan T2 = 640C
P Percobaan II : T1=450C dan T2
= 910C
T rata-rata:T1
= 39,50C dan T2 = 77,50C
|
b. Perbandingan kelarutan
Senyawa
|
Kelarutan
|
|
Dalam air
|
Dalam
CCl4
|
|
Urea
|
Larut
|
Tidak larut
|
Naftalena
|
Tidak
larut
|
Larut
|
NaCl
|
Larut
|
Tidak larut
|
KI
|
Larut
|
Tidak larut
|
MgSO4
|
Larut
|
Larut
|
Isopropil alcohol
|
Larut
|
Tidak larut
|
c. Perbandingan daya hantar
NO
|
Bahan
|
Lampu
|
Gelembung
|
1
|
Air
|
Tidak Menyala
|
Tidak Ada
|
2
|
Isopropil alkohol
|
Tidak Menyala
|
Tidak Ada
|
3
|
Urea
|
Tidak Menyala
|
Tidak Ada
|
4
|
Naftalena
|
Tidak Menyala
|
Tidak Ada
|
5
|
NaCl
|
Tidak Menyala
|
Banyak
|
6
|
KI
|
Tidak Menyala
|
Banyak
|
7
|
MgSO4
|
Tidak Menyala
|
Tidak Ada
|
B. Pembahasan
1. Perbandingan titik leleh
Praktikum kali
ini kita melakukan percobaan untuk mengetahui perbandingan sifat senyawa ion
dan senyawa kovalen. Disini kita menggunakan beberapa bahan, diantaranya
yaitu urea, naftalena, NaCl, KI, MgSO4
dan Isopropil alkohol. Disini kita akan melakukan beberapa percobaan
untuk mengetahui kelarutan , titik leleh, dan daya hantar listrik dari berbagai
macam tersebut dan kita dapat membandingkan atara senyawa kovalen yang terdiri
dari isopropil alkohol dan naftalen. Kemudian untuk senyawa ion yaitu urea, NaCl, MgSO4, KI.
Dari hasil
percobaan perbandingan titik leleh senyawa kovalen, dengan memanaskan senyawa
seperti urea dan naftalena, maka didapatkan beberapa perbedaan pada perbandingan
titik leleh, sehingga dari nilai-nilai tersebut didapatkan kisaran titik leleh
urea antara 46,5ºC-88,5°C. Namun dengan literatur yang saya ambil dari internet
(John 2009) titik lelehnya jauh berbeda yaitu 132oC -1330C.
Adapun untuk
naftalena, kisaran titik lelehnya yaitu antara 39,5-77,5ºC. Jauh berbeda dengan
literatur (John 2009) titik lelehnya yaitu 600C sampai 1100C.
Perbedaan perbandingan titik leleh hasil percobaan dengan literatur titik leleh
disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya yaitu ketidaktepatan penelitian yang dilakukan saat percobaan
kemudian ketidaktepatan data hasil percobaan, dan pada saat pencucian tabung reaksi yang akan digunakan masih ada
zat yang tersisa (belum benar-benar bersih) dan kering. Seharusnya praktikan harus
teliti dalam hal kebersihan karena sangat berpengaruh terhadap percobaan.
Titik leleh senyawa ion jauh lebih
tinggi jika dibandingkan dengan senyawa kovalen, hal ini disebabkan oleh ikatan
antara ion-ion dengan gaya elektrostatis sangat kuat dengan susunan kristal
yang tertentu dan teratur. Data yang telah didapatkan dari literatur (Brady 1999) tentang
titik leleh senyawa ion adalah sebagai berikut : NaCl mencair
pada kisaran suhu 801oC sampai 804oC. KI meleleh pada
suhu 681oC.
MgSO4
meleleh pada suhu 1124oC.
2. Perbandingan Kelarutan
Pada percobaan ini selain untuk
mengetahui titik leleh juga dilakukan percobaan untuk mengetahui kelarutannya.
Dalam hal ini kita menggunakan dua macam pelarut yaitu air yang memiliki sifat
polar dan pelarut CCl4 yang merupakan pelarut non polar.
Pertama-tama kita ambil beberapa banyak urea kira-kira seujung sudip dimasukkan
dalam tabung reaksi yang sudah berisi pelarut. Tabung reaksi pertama berisi air
dan tabung reaksi kedua berisi CCl4. Kemudian di kocong perlahan sampai
terjadi perubahan di kedua tabung reaksi. Catat pengamatan di laporan
sementara.
Kemudian cara yang sama dilakukan juga
untuk bahan-bahan yang lain. Untuk bahan yang sediaannya kristal dilakukan
pengocokan yang seksama dan perlahan hingga beberapa saat karena sediaannya
kristal jadi lebih sukar cepat larut dari pada sediaan yang serbuk. Dari data
perbandingan kelarutan antara senyawa ion dengan senyawa kovalen diperoleh
bahwa urea larut dalam pelarutnya (air) tetapi dalam senyawa CCl4
tidak larut. Begitu pula untuk senyawa-senyawa NaCl, KI, MgSO4 , dan
Isopropil Alkohol yang juga larut dalam air dan tidak larut dalam senyawa CCl4.
Secara umum dan
dilihat dari literatur yang saya baca melalui internet (John, 2009) senyawa
kovalen larut dalam non-polar seperti senyawa naftalena, dan isopropil alkohol.
Sedangkan senyawa ion pada umumnya larut dalam pelarut polar (seperti air dan
amonia), karena sebagian molekul pelarut menghadapkan kutub negatifnya ke ion
positif dan sebagian lagi menghadapkan kutub positifnya ke ion negatif.
Akhirnya, ion-ion terpisah satu sama lain.
Pada senyawa naftalen tidak larut dalam air, sedangkan
pada senyawa urea, isopropil alkohol, NaCl, KI, dan MgSO4 larut
dalam air.. Pada senyawa urea, naftalen, isopropil alkohol, KI, MgSO4
larut dalam CCl4, sedangkan senyawa NaCl tidak larut dalam CCl4.
Pada umumnya, senyawa kovalen yang ditambah dengan air tidak larut, sedangkan
apabila ditambah dengan CCl4 yang merupakan pelarut nonpolar,
senyawa tersebut akan larut.
Hal ini menandakan bahwa
senyawa-senyawa ion larut dalam pelarut polar karena dipol-dipolnya yang tidak
saling meniadakan dan sukar larut dalam CCl4 sebagai pelarut non
polar akibat dari dipol-dipolnya yang saling meniadakan. Meskipun
demikian, ada juga senyawa ion yang larut dalam pelarut non polar. Untuk senyawa
kovalen pada umumnya larut dalam pelarut non polar dan sedikit yang larut dalam
air, misalnya isopropil alkohol yang tampak keruh pada larutan CCl4.
Dari hasil pengamatan, naftalena tidak larut dalam air maupun tetapi larut
hanya dalam CCl4.
3. Perbandingan Daya Hantar Listrik
Dari
data refrensi (Brady, 1999) perbandingan daya hantar antara senyawa ion dan
senyawa kovalen diperoleh bahwa NaCl, KI, dan MgSO4 setelah
ditambahkan akuades merupakan suatu larutan yang bersifat elektrolit karena
dapat menghasilkan gelembung setelah dimasukkan ke dalam gelas elektroda
berarus listrik. Sedangkan urea, naftalena, dan akuades itu sendiri merupakan
suatu larutan yang bersifat nonelektrolit karena tidak dapat menghasilkan
gelembung.
Senyawa yang
menghasilkan gelembung adalah senyawa ion sedangkan yang tidak menghasilkan
gelembung adalah senyawa kovalen. Hantaran listrik terjadi bila medium mengandung partikel
bermuatan yang dapat bergerak bebas, seperti elektron dalam sebatang logam.
Senyawa ion berwujud padat tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena ion
positif dan ion negatif terikat kuat satu sama lain. Akan tetapi, senyawa ion
dalam bentuk cairan akan menghantarkan arus listrik karena ion-ionnya menjadi
lepas dan bebas. Senyawa ion juga dapat menghantarkan arus listrik bila
dilarutkan dalam pelarut polar (misalnya air) karena terionisasi. Sedangkan
untuk senyawa kovalen seperti urea dan naftalena, tidak dapat menghantarkan
arus listrik karena merupakan ikatan kimia dimana terjadi pemakaian elektron
secara bersama-sama.Tetapi pada saat praktikum hasil percobaan yang muncul
mengalami perbedaan yaitu terletak pada sampel KI dan MgSO4 ketika
dilarutkan pada aquades tidak bergelembung. Sepertinya dikarenakan sampel yang
sudah terkontaminasi sehingga mempengaruhi pada saat percobaan dan tidak sesuai
dengan data pada refrensi (Brady, 1999). Atau bisa juga dikarenakan oleh
pelarut yang terlalu banyak dibandingkan dengan zat yang ingin dilarutkan.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
percobaan ini adalah :
1.
Sifat fisika dan kimia senyawa ion dan
kovalen bisa dilihat berdasarkan titik leleh dan titik leburnya, wujud senyawa,
kelarutan, daya hantar listrik, kemudahan terbakar serta dengan menguji bau
dari tiap-tiap senyawa.
2.
Jenis ikatan kimia seperti ikatan ion
dan kovalen sangat mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia senyawa.
3.
Senyawa yang dapat larut dalam air
adalah urea, NaCl, KI, MgSO4 dan urea. Sedangkan senyawa yang
dapat larut dalam CCl4 adalah naftalena.
4.
Yang merupakan senyawa ion adalah urea,
NaCl, KI, dan MgSO4. Sedangkan yang merupakan senyawa kovalen adalah
isopropil alkohol dan naftalena.
5.
Senyawa yang dapat menghantarkan
listrik disebut senyawa elektrolit. Sedangkan senyawa yang tidak dapat
menghantarkan listrik disebut senyawa non elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA
Baroroh, Umi L
U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur.
Binarupa Aksara, Jakarta.
Dody.2009. Ikatan Kovalen.
Diakses
tanggal 26 Oktober 2013.
John.2009.
Reaksi Dan Ikatan Kimia.
http://John.blogspot.com/2009/Reaksi-dan-Ikatan-kimia.html.
Diakses tanggal
26 Oktober 2013.
Karliana Itjeu, Ign Djoko Irianto, dan Piping Supriatna. Konsep Awal Model Pemisahan Gas Pengotor Pendingin Primer RGTT.
www.batan.go.id/ptrkn/file/tkpfn17/41.pdf.
Diakses pada tanggal 26 Oktober 2013.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. ITB.
Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar