Proses Difusi dan Osmosis ~ Laporan Praktikum Kimia Fisika Biologi Lengkap

Rabu, 24 September 2014



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Salah satu dari ciri hidup tersebut adalah metabolisme. Metabolisme pada organisme multi seluler meliputi banyak hal, diantaranya tranfor materi dan energi. Sistem transformasi sangat penting bagi tumbuhan maupun bagi hewan yang berkaitan dengan massa organisme tersebut. Pada tanaman dan hewan yang sangat sederhana atau belum memiliki struktur organisasi yang rumit, transpor materi (nitrien dan zat hara) hasil metabolisme cukup dari sel ke sel. Transportasi tersebut dapat berlangsung secara aktif maupun pasif.).Traspor pasif berlangsung antara lain melalui secara osmosis (Noorhidayati, 2000).
Pada semua makhluk hidup, dari prokariot hingga organisme multiseluler yang paling kompleks, melakukan pertukaran zat dengan lingkungannya pada tingkat seluler. Pertukaran zat tersebut sangat penting bagi metabolisme sel. Transpor tersebut dapat berlangsung secara aktif maupun pasif. Transpor secara pasif diantaranya difusi dan osmosis. Metabolisme pada organisme multiseluler mencakup beberapa hal, antara lain transpor zat hara dan transport ion. Sistem transpor pada hewan yaitu sirkulasi. Pada sistem sirkulasi, aliran materi terjadi karena adanya daya dorong dari organ pemompa. Sedangkan sistem transpor pada tumbuhan yaitu sistem vaskuler, pada sistem ini aliran senyawa berlangsung mengikuti atau melawan padatan (garadient) konsentrasi. Terdapat dua proses fisikokimiawi yang penting dalam transpor materi dalam sel yaitu difusi dan osmosis (Sumedi, 2009).
Metabolisme pada organisme multiseluler meliputi banyak hal, diantaranya transpor materi dan energi. Sistem transportasi sangat penting bagi tumbuhan dan hewan yang berkaitan dengan massa organisme tersebut. Pada tanaman dan hewan yang masih sederhana atau belum memiliki struktur organisasi yang rumit, transpor materi (nutrien dan zat hara) dan hasil metabolisme cukup dari sel ke sel. Transportasi tersebut dapat berlangsung secara aktif maupun pasif. Transpor pasif berlangsung secara difusi dan osmosis. Difusi adalah proses perpindahan molekul gas, cairan dan larutan dari larutan hipertonik ke larutan hipotonik. Proses difusi dipercepat dengan naiknya suhu karena sumber geraknya adalah agitasi termal atau aktivitas kinetik acak dari molekul atau ion. Difusi terjadi bila molekul atau ion bergerak searah dengan gradien/konsentrasinya. Beberapa sel mampu meningkatkan permeabilitas membrannya terhadap ion atau molekul tertentu yang menghasilkan difusi tertentu (Kimball, 2003 ).
Aktivitas transportasi zat dalam sel di lakukan dengan cara transportasi pasif dan aktif. Transportasi pasif adalah proses transportasi zat atau molekul dan air yang searah gradient konsentrasi. Sedangkan transportasi aktif adalah air dan molekul atau zat bergerak dari konsentrasi tinggi menuju ke konsentrasi rendah melalui membrane semipermeabel. (Sumedi,2009).
Transpor aktif adalah perpindahan molekul atau ion menggunakan energi dari sel itu. Contoh transpor aktif adalah pompa ion (Na+) atau kalium (K+), endositosis, dan eksositosis. Transpor pasif adalah perpindahan molekul atau ion tanpa menggunakan energi sel. Perpindahan molekul tersebut terjadi secara spontan dari konsentrasi tinggi ke rendah. Contoh transport pasif adalah difusi dan osmosis (Rahmawan, 2010).
1.2  Tujuan
Tujuan praktikum kali ini pada percobaan difusi dan osmosis adalah untuk mengetahui proses difusi dan osmosis pada organisme hidup serta memahami penyebabnya. Tujuan percobaan prosesplasmolisis dan deplasmolisis adalah untuk mengetahui proses terjadinya plasmolisis dan deplasmolisis pada sel - sel tumbuhan serta memahami penyebabnya. Dan tujuan proses krenasi dan hemolisis darah adalah serta untuk mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya krenasi dan hemolisis sel darah manusia serta penyebabnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metabolisme pada organisme multiseluler meliputi banyak hal, diantaranya transpor materi dan energi. Sistem transportasi sangat penting bagi tumbuhan dan hewan yang berkaitan dengan massa organisme tersebut. Pada tanaman dan hewan yang masih sederhana atau belum memiliki struktur organisasi yang rumit, transport materi (nutrien dan zat hara) dan hasil metabolisme cukup dari sel ke sel. Transportasi tersebut dapat berlangsung secara aktif maupun pasif. Tranpor pasif berlangsung secara difusi dan osmosis. Difusi adalah proses perpindahan molekul gas, cairan dan larutan dari larutan hipertonik ke larutan hipotonik. Proses difusi dipercepat dengan naiknya suhu karena sumber geraknya adalah agitasi termal atau aktivitas kinetik acak dari molekul atau ion. Difusi terjadi bila molekul atau ion bergerak searah dengan gradien/konsentrasinya. Beberapa sel mampu meningkatkan permeabilitas membrannya terhadap ion atau molekul tertentu yang menghasilkan difusi tertentu (Kimball, 2003).
Molekul dapat melewati membran dengan beberapa cara, baik menggunakan energi yang mereka hasilkan sendiri maupun dengan sumber energi dari luar. Pada proses difusi yang sederhana, molekul bergerak secara acak pada temperatur di bawah titik beku 0°C berdasarkan pada pergerakan spontan molekul dari area yang memiliki konsentrasi yang tinggi ke area yang memiliki konsentrasi yang lebih rendah hingga terjadi suatu keadaan yang seimbang yang disebut dynamic equilibrium. Difusi sederhana lebih banyak digunakan pada transpor molekul jarak dekat, pada umumnya menuju kedalam atau keluar suatu sel (Perdana, 2005).
Difusi dapat terjadi karena gerakan acak kontinu yang menjadi ciri khas semua molekul yang tidak terikat dalam suatu zat padat. Kecepatan difusi zat melalui membran sel tidak hanya tergantung pada gradien konsentrasi, tetapi juga pada besar, muatan dan daya larut dalam lipid, yaitu molekul hidrofobik, lebih mudah berdifusi melalui membran daripada molekul hidrofilik. Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis (Siswanto, 2006).
Dilihat dari kemampuannya mengembang, benda-benda yang dapatmelakukan imbibisi dibedakan menjadi dua, sebagai berikut:
1.        Mengembang terbatas, artinya setelah mencapai volume tertentu, benda tersebut tidak akan mengembang lagi dan bagian-bagian penyusun benda itu tetap mempunyai ikatan satu dengan yang lain. Hal ini terjadi pada dinding sel yang bersentuhan dengan air.
2.        Mengembang tak terbatas, artinya agian yang menyusun benda terlepas atau larut sehingga merupakan suatu koloid atau sol (Noorhidayati, 2000).
Banyak sedikitnya air yang di imbibisi oleh suatu zat bergantung pada nilai potensial air disekitarnya. Imbibisi dapat terjadi pada setiap benda yang permukaannya dapat mengikat air. Contohnya biji kering bila direndam selama kurang lebih 6 jam akan mengembang. Imbibisi terbagi 2 yaitu imbibisi terbatas dan imbibisi tak terbatas. Proses penyerapan yang terjadi melalui difusi, osmosis, dan imbibisi ini tidak memerlukan energi, sehingga dinamakan penyerapan pasif (Meftah, 2010).
            Hemolisis adalah pecahnya sel darah merah yang mengalami pembengkakan dan kemudian pecah sampai hemoglobinnya keluar. Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat atau unsur kimia tertentu,pemanasan atau pendinginan, serta rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikandengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma) (Meftah, 2010).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat 2 November2012 pukul 14.00-16.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada tiap-tiap percobaan kali ini adalah gelas kimia 50mL, pipet tetes, penunjuk waktu, pengaduk dan jarum mikroskop, kaca benda, kaca penutup, pisau silet, penunjuk waktu dan pipet tetes.
Bahan-bahan yang digunakan adalah air, larutan metilen blue, eosin, kristal CuSO4, mentimun, kentang, kertas label, daun Rhoe Discolor, aquades, larutan sukrosa 0,20 M, kertas saring/penghisap, darah, larutan NaCl 0,3 N, larutan HCl 0,1 N, alkohol 70% dan kapas.
3.3 Prosedur Kerja
      A. Proses Difusi dan Osmosis
            Proses Difusi
1)      Meneteskan larutan metilen blue pada gelas kimia yang telah diisi air, dan memasukkan kristal CuSO4  pada gelas kimia lainnya.
2)      Mengamati perubahan yang terjadi, saat penetesan dianggap sebagai To dan saat tercapainya keadaan homogen disebut sebagai T1.
3)      Mengulangi percobaan pada langkah 1-2, dan setelah penetesan metilen blue dan memasukkan kristal CuSO4 segera diaduk.
4)      Membandingkan hasil kedua percobaan.
Proses Osmosis
1)      Menyiapkan larutan garam dapur dengan menambahkan 3 sendok makan garam dapur dalam 200 ml air. Masukkkan ke dalam cawan A dan diberi label (larutan garam) kedalam cawan B, memasukkan air dan memberi label (air)
2)      Mengiris mentimun dan ubi kentang setebal 3-4 mm kedalam masing-masing cawan (A dan B ), memasukkan dua iris kentang. Dibiarkan selama 15 menit, angkat dengan jarum dan amati perubahan yang terjadi.
3)      Setelah mengamati, mengembalikannya ke dalam cawan dan meneruskan perlakuan selama 30 menit.
4)      Membandingkan hasil pengamatan tentang bagaimana kekerasannya yang menunjukkkan turgor dengan memijit  kedua macam bahan tersebut.
      B. Proses Plasmolisis dan Deplasmolisis
1)      Menyayat permukaan bagian bawah (bagian yang berwarna ungu merah) daun Rhoe discolor.
2)      Meletakkan sayatan tersebut pada kaca benda yang telah ditetesi aquades, dan menutup dengan kaca penutup secara hati-hati. Mengamati dibawah mikroskop.
3)      Apabila  se-sel daun Rhoe discolor sudah nampak jelas , teteskan larutan sukrosa pada salah satu tepi kaca penutup.
4)      Mengamati dengan mikroskop selama 5 menit, mencatat semua perubahan yang terjadi, terutama terjadinya plasmolisis.
5)      Mengulangi langkah 3 dengan mengganti medium larutan sukrosa dengan aquades. Mengamati dan mencatat terjadinya deplasmolisis.
      C. Proses Krenasi dan Hemolisis Sel Darah
1)      Mengambil darah dari jari manis dengan lanset atau jarum Franke. teteskan pada 2 buah kaca benda masing-masing satu tetes.
2)      Menambahkan 2 tetes larutan NaCl 0,3 M pada kaca benda pertama, untuk mengamati proses krenasi.
3)      Menambahkan 2 tetes larutan HCl 0,1 M pada kaca benda kedua, untuk mengamati proses terjadinya hemolisis.
4)      Menutup masing-masing kaca benda dengan kaca penutup, kemudian mengamati di bawah mikroskop.
5)      Menggambar beberapa sel darah merah hasil pengamatan dan memberi keterangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1         HASIL
1. Difusi dan Osmosis
Tabel 1. Hasil pengamatan metilen blue dan CuSO4 dengan air
No
Perlakuan
Di aduk
Tanpa Diaduk
1
Larutan metilen blue+air
5 detik
21 menit+ 29 detik
2
Kristal CuSO4 +  air
37    Detik
2 menit + 35 detik

Tabel 2. Hasil pengamatan kentang dan mentimun dalam larutan NaCl dan air
No
Perlakuan
15 Menit
30 Menit
1.
Kentang + air
Keras
Makin Keras
2.
Kentang + air garam
Agak lembek tidak mengapung bergelembung
Makin Lembek mengerut ukuran mengecil
3.
Mentimun + air
Keras
Makin Keras
4.
Mentimun + air garam
Agak Lembek
Makin Lembak, mengerut
Proses Plasmolisis dan Deplasmolisis
1. Penampang Rhoe discolor


                                   

Perbesaran: 10x


Perbesaran: 10x
Warna: Hijau keunguan
1. Dinding sel
2. Sitoplasma
3. Inti sel



2.    Penampang Rhoe Discolordengan Aquades

 






Perbesaran: 10x
Warna: Hijau keunguan



Perbesaran: 10x
Warna: Hijau keunguan
1. Dinding sel
2. Sitoplasma
3. Inti sel


3.   Penampang Rhoe Discolordengan Sukrosa


                                   
Perbesaran: 10x
Warna: hijau keunguan (warna ungu/ merah terkumpul ditengah)


Perbesaran: 10x
Warna: hijau keunguan (warna ungu terkumpul ditengah)
1. Dinding sel
2. Sitoplasma
3. Inti sel

Proses Krenasi dan Hemolisis Sel Darah
1.   Darah dengan HCl

 




Perbesaran: 40 x 10
Warna: Merah terang


Perbesaran: 40 x 10
Warna: Merah terang
1. Aliran darah bergerak kedalam
2. Sel darah mengembang



2.   Darah dengan NaCl

 


Perbesaran: 40 x 10
Warna: Merah pudar (hampir jingga)


Perbesaran: 40 x 10
Warna: Merah pudar (hampir jingga)
1. Pergerakan darah lambat/ tidak mengalir.
2. Sel darah mengkerut.


4.2  PEMBAHASAN
Proses difusi sebagai proses perpindahan partikel-partikel zat atau gas dari larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonik) ke larutan yang berkonsentrasi rendah (hipotonik) tanpa melewati sekat semipermeabel sehingga menghasilkan larutan yang seimbang atau isotonik. Pada percobaan kali ini, yang dijadikan media untuk terjadinya proses difusi dari sel ke sel adalah air yang diberi larutan metilen blue dan kristal CuSO4, untuk percobaan ini yang diamati adalah waktu yang dibutuhkan hingga proses difusi berakhir. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan waktu yang diperlukan oleh metilen blue untuk dapat larut dalam akuades tanpa pengadukan adalah 21 menit 29 detik, sedangkan pada kristal CuSO4 yang ditambahkan pada aquades untuk menjadi homogen diperlukan waktu sebesar 2 menit 35 detik. Disini terlihat sekali perbedaan waktu yang sangat mencolok antara metilen blue dengan kristal CuSO4 walaupun keduanya sama-sama tidak diperlakukan pengadukan hal ini menunjukkan bahwa kristal CuSO4 memiliki tingkat difusi yang rendah, sedangkan metilen blue memiliki tingkat difusi yang lebih tinggi, karena strukturnya yang berupa padatan kristal dengan partikel-partikel penyusunnya yang renggang.
Melakukan pengamatan proses difusi pada metilen blue dan kristal CuSO4  kemudian melakukan hal yang sama tetapi disini dilakukan proses pengadukan. Ketika air ditetesi metilen blue dan disertai pengadukan waktu yang diperlukan untuk mendapatkan larutan yang homogen adalah 29 detik, sedangkan air yang ditambahkan kristal CuSO4 memerlukan waktu yang lebih lama yaitu sebesar 35 detik. Hal ini menunjukkan bahwa pengadukan mempercepat proses difusi yaitu perpindahan larutan dari potensial air tinggi ke potensial air rendah.
Kebalikan dari difusi adalah peristiwa osmosis. Pada praktikum kali ini peristiwa osmosis terlihat pada mengembangnya mentimun dan kentang yang direndam pada larutan garam. Hal ini jauh berbeda dengan mentimun dan kentang yang juga direndam, namun hanya di dalam air. Untuk mentimun yang direndam di dalam larutan garam selama 15 menit lapisan luarnya masih keras namun pada menit ke 30, lapisan luar mentimun lemah jika ditekan. Hal ini membuktikan tekanan turgor pada lapisan sel tersebut telah berkurang. Dengan berkurangnya tekanan turgor, maka sedikit demi sedikit lapisan luar sel akan terlepas jikaditekan. Begitu pula dengan kentang. seharusnya pada percobaan ini akan menyebabkan mentimun dan kentang menjadi keras, karena cairan air garam dianggap sebagai pelarut yang bersifat hipertonik, sehingga plasma sel dari kentang dan mentimun  yang direndam di dalamnya menjadi bergerak keluar meninggalkan inti sel, akibatnya sel-selnya menjadi mengkerut dan menjadi lunak. Namun karena hasil dari data pengamatan menunjukan bahwa mentimun dan kentang menjadi lembek maka dikatakan percobaan ini gagal. Hal yang kemungkinan mempengaruhi kegagalan ini adalah konsentrasi larutan. Semakin hipertonis larutannya, maka semakin lembek kentangnya, juga semakin banyak pengurangan beratnya.
Plasmolisis dan deplasmolisis pada tumbuhan karena perbedaan konsentrasi cairan sel dengan lingkungannya dapat kita ketahui pada tumbuhan Rhoe discolor. Pada awalnya keadaan sel Rhoe discolor dengan protoplasma sel yang berwarna ungu mengisi penuh ruang selnya. Tetapi, setelah ditetesi dengan sukrosa dengan mengganti medium air melalui penyaringan dengan kertas tissue, protoplasma sel Rhoe discolor menjadi berkurang sedikit demi sedikit dan warnanya memudar menjadi bening yang berarti telah terlepas dari dinding sel. Hal seperti ini dikarenakan bahwa telah terjadi proses plasmolisis akibat konsentrasi cairan di luar sel lebih tinggi dari pada di dalam sel, sehingga cairan protoplasma sel sedikit demi sedikit keluar. Kemudian larutan sukrosa yang telah ditetesi pada daun Rhoe discolor tadi diisap dengan kertas tissue dan kembali ditetesi aquades. Ternyata protoplasma yang tadinya keluar kembali masuk kedalam sel. Hal ini disebabkan karena lingkungan sel diganti dengan larutan yang hipotonik atau lebih encer daripada cairan sel sehingga terjadi deplasmolisis
    Krenasi merupakan proses mengkerutnya sel darah merah karena dimasukkan ke dalam larutan yang hipertonik. Di dalam larutan hipertonik, sel darah merah akan mengalami tekanan yang kuat dari luar dan juga mengalami osmosis sehingga sel darah merah akan mengkerut. Hal ini dapat dilihat pada keadaan sel darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0,3 N yang memiliki konsentrasinya yang jauh lebih tinggi daripada konsentrasi sel darah merah.
    Hemolisis merupakan proses keluarnya hemoglobin dalam sel darah merah yang pecah akibat membengkak karena dimasukkan kedalam larutan yang hipotonik. Sel darah yang dimasukkan kedalam larutan hipotonik akan membengkak karena mengalami osmosi sehingga larutan hipotonik akan masuk kedalam sel darah merah. Hal itu membuat sel darah merah membengkak dan akhirnya pecah. Hal ini dapat dilihat pada pada keadaan sel darah merah yang membengkak akibat diberikan larutan HCl 0,1 N yang konsentrasinya lebih rendah dibandingkan konsentrasi sel darah merah. Pada percobaan ini, sel darah yang ditambahkan NaCl mengalami pengerutan. Hal itu karena larutan NaCl bersifat hipertonik terhadap sel darah. Percobaan selanjutnya sel darah merah yang ditambahkan HCl mengalami pembengkakan. Hal itu karena larutan HCl bersifat hipertonik terhadap sel darah.
Percobaan kentang dan mentimun yang direndam dalam larutan garam selama 30 menit, tercatat bahwa 15 menit pertama, kentang dan mentimun fisiknyamasih dalam keadaan tetap keras. Namun 15 menit selanjutnya kentang dan mentimun mengalami perubahan fisik menjadi lunak. Menurut konsep osmosis, apabila bahan direndam di dalam larutan garam maka bahan tersebut akan mengeras. Hal ini disebabkan karena larutan garam dianggap sebagai larutan yang hipertonik, berkonsentrasi tinggi sehingga larutan garam akan meresap ke dalam pori-pori kedua bahan tersebut dan menjadikan keduanya keras. Ketidaksesuaian hasil pengamatan dengan teori ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, dapat disebabkan oleh kurangnya konsentrasi larutan garam pada saat pengamatan sehingga menyebabkan mentimun dan kentang menjadi lunak. Kedua, dapat pula disebabkan oleh tingkat ketebalan mentimun dan kentang saat diiris.
Pengamatan kentang dan mentimun di dalamlarutan air, hasilnya sama seperti di dalam larutan garam.Kedua bahan tadi menjadi lunak. Hal ini menunjukkan bahwa cairan pada kedua bahan tersebut keluar dari sel dan memasuki larutan garam sebagai lingkungan barunya. Sehingga air bersifat isotonik. Sebelumnya air di dalam sel kentang dan mentimun merupakan larutan hipertonik sedangkan larutan air yang berada diluar sel bersifat hipotonik. Hal ini sejalan dengan teori osmosis yang telah ada.
Proses Plasmolisis terjadinya karena peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena konsentrasi di luar sel lebih tinggi daripada di dalam sel. Pada proses ini, kita menggunakan Rhoe discolor sebagai objek. Pada saat daun   Rhoe discolor ditetesi media air dapat dilihat protoplasma sel yang berwarna ungu mengisi penuh ruang selnya. Selain itu juga terlihat stomata yang besar dan berwarna hijau serta tertutup tersebar banyak disekitar sel yang berbentuk heksagonal. Itu terjadi karena adanya klorofil. Tetapi, setelah ditetesi dengan sukrosa dengan mengganti mediun air melalui penyaringan dengan kertas isap, protoplasma sel Rhoe discolor menjadi berkurang sedikit demi sedikit dan warnanya memudar menjadi bening yang berarti telah protoplasmanya terlepas dari dinding sel. Sel-selnya pun merenggang serta stomatanya terbuka. Hal seperti ini dikarenakan bahwa telah terjadi proses plasmolisis akibat konsentrasi cairan di luar sel lebih tinggi dari pada di dalam sel, sehingga cairan protoplasma sel sedikit demi sedikit keluar.
Deplasmolisis merupakan kebalikan dari proses osmosis yaitu prosespemulihan atau kembalinya protoplasma pada dinding sel karena dilarutkan dalam larutan yang hipotonik (lebih encer dibandingkan larutan selnya).Setelah melakukan proses plasmolisis pada daun Rhoe discolor, maka dilanjutkan dengan melakukan proses deplasmolisis. Larutan sukrosa yang telah ditetesi pada daun Rhoe discolor tadi diisap dengan kertas isap dan dilanjutkan dengan kembali ditetesi aquades. Ternyata protoplasma yang tadinya keluar kembali masuk kedalam sel dan sel kembali menjadi berwarna ungu tapi lebih muda. Hal ini disebabkan karena lingkungan sel diganti dengan larutan yang hipotonik atau lebih encer dari pada cairan sel) sehingga terjadi deplasmolisis.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1)      Osmosis adalah difusi air melewati membran yang permeabel selektif dari satu larutan ke larutan lain yang mempunyai potensial air lebih rendah.
2)      Difusi adalah penyebaran molekul molekul suatu zat yang  ditimbulkan oleh suatu gaya yang identik dengan energi kinetik.
3)      Perbedaan konsentrasi diluar sel dengan didalam sel akan menyebabkan peristiwa plasmolisis dan deplasmolisis.
4)      Krenasi ialah pengkerutan sel darah merah dalam larutan hipertonik.
5)      Hemolisis ialah pembengkakan sel dara merah dalam larutan hipotonik.
5. 2. Saran
Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan pengamatan untuk menghindari kesalahan dalam praktikum. Kekompakan kelompok dalam melakukan pembagian tugas sangat diperlukan demi kelancaran pelaksanaan praktikum.
Kepada kakak asisten saya berterimakasih atas apa yang telah kakak bantu dalam pelaksanaaan praktikum sehingga terjadinya kelancaran dalam pelaksanaanya. Praktikum kali ini memerlukan perhitungan yang benar-benar pada variabel waktunya, sehingga harus benar-benar diperhatikan. Selain itu, praktikum ini masih berhubungan dengan mikroskop dan preparat, sehingga harus berhati-hati saat menggunakan mikroskop ataupun membuat preparat.
                                    DAFTAR PUSTAKA
Kimball. 2003. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Meftah. 2010. Hemolisis.      
Diakses tanggal  2 November 2012 pukul 20.00 WITA
Noorhidayati, 2000. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Fakultas Teknik UNLAM. Banjarbaru.
Perdana, 2005.Biologi Sel dan Molekuler.Penerbit ITB. Bandung.
Rahmawan, A. 2010. Perpindahan Molekul Transpor Aktif dan Transpor Pasif.
            Diakses tanggal 2 November 2012 pukul 22.00 WITA
Siswanto. 2006. Siswantoaseli.
Diakses tanggal 2 November 2012 pukul 22.30 WITA
Sumedi, S. 2009. Biologi.
Diakses tanggal 3 November 2012 pukul 15.00 WITA




Categories:

2 komentar:

  1. Izin bertanya, Nama yang membuat makalah siapa ya? Apakah saya bisa menjadikan ini referensi untuk tugas saya?

    BalasHapus
  2. terima kasih, ini sangat membantu saya dalam mencari referensi

    BalasHapus

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!