PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN ~ Laporan Praktikum Kimia Fisika Biologi Lengkap

Selasa, 23 September 2014



I.          TUJUAN PERCOBAAN
     Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan, dan menentukan konsentrasi larutan yang telah dibuat.
II.        TINJAUAN PUSTAKA
A.     Larutan
Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing komponennya tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang heterogen disebut campuran. Suatu larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas dua atau lebih zat. Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunannya dapat berubah-ubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan. Dalam campuran heterogen permukaan-permukaan tertentu dapat dideteksi antara bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah (Keenan, 1984).
Larutan dilihat berdasarkan keadaan fasa setelah bercampur ada yang homogen dan heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang membentuk satu fasa yaitu yang mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian lain didekatnya. Contoh larutan homogen yaitu gula dan alkohol dalam air. Sedang campuran heterogen adalah campuran yang mengandung dua fasa atau lebih, contohnya air susu dan air kopi (Syukri, 1999).
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi pada umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses pelarutan, tarikan antar partikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antar pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarutnya sama-sama polar, akan terbentuk suatu struktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut, hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil bila komponen zat terlarut ditambahkan tidak akan dapat larut lagi (Oktoby, 2001).
Pour point adalah suhu terendah yang dinyatakan sebagai kelipatan 5oF  dimana minyak yang diamati mengalir apabila minyak didinginkan dan diperiksa pada kondisi tertentu. Poir point yang tinggi akan mengakibatkan mesin sulit dinyalakan pada suhu rendah. Pour point ester minyak jarak yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada spesifikasi yang diperbolehkan. Rendahnya nilai pour point ini menunjukkan bahwa produk ester minyak jarak dapat digunakan pada daerah yang sangat dingin (Kusumaningsih dkk, 2006).
B. Jenis-jenis larutan
Komponen dari larutan terdiri dari dua jenis, pelarut dan zat terlarut, yang dapat dipertukarkan tergantung jumlahnya. Pelarut merupakan komponen yang utama yang terdapat dalam jumlah yang banyak, sedangkan komponen minornya merupakan zat terlarut. Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Semua gas bersifat dapat bercampur dengan sesamanya, karena itu campuran gas adalah larutan
Jenis-jenis larutan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a)                 Gas dalam gas – seluruh campuran gas
b)                 Gas dalam cairan – oksigen dalam air
c)                 Cairan dalam cairan – alkohol dalam air
d)                Padatan dalam cairan – gula dalam air
e)                 Gas dalam padatan – hidrogen dalam paladium
f)                  Cairan dalam padatan – Hg dalam perak
g)                 Padatan dalam padatan – alloys (Keenan, 1984).
Pengenceran bisa menurunkan harga konsentrasi larutan. Hal itu yang menjadi dasar pembuatan larutan di laboratorium seringnya. Dalam rumus pengenceran pun dapat dilihat bahwa penambahan air atau zat pelarut akan menurunkan konsentrasi larutan. Rumusnya: V1.M1 = V2.M2 jika V1 adalah volume betadine pekat dan M1 adalah konsentrasi betadine pekat. Kemudian ditambahkan pelarut untuk proses pengenceran sehingga V2 (volume encer) maka M2 sebagai konsentrasi pengenceran yang memiliki konsentrasi lebih kecil dari pada konsentrasi sebelumnya. Jadi intinya pengenceran dapat menurunkan harga (Oktoby, 2001).
  Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan (S) suatu endapan menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan pada komposisi pelarutnya (Lesdantina, 2009).
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara, seperti persen berat (w/w), persen volume (v/v), molaritas (M), molalitas (m), bagian per sejuta (ppm), fraksi mol (x) dan normalitas (N).
a. Persen berat (w/w)
Persen berat menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 100 gram  larutan. Perhitungannya:
%(w/w) = Massa Komponen / Massa Campuran x 100%
b. Persen Volume (v/v)
Persen volume menyatakan mL zat terlarut dalam 100 mL larutan. Perhitungannya:
%(v/v) = Volume Komponen / Volume Campuran x 100%
c. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut. Perhitungannya:
M = Massa Zat x 100% : Mr x V
d. Molalitas (m)
Molalitas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut. Perhitungannya:
m = Massa Zat Terlarut x 1000 : Mr x p (Keenan,1989).
III.       ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah: gelas piala, gelas ukur 100 mL, pipet tetes, pipet ukur, pipet gondok 10 mL, labu takar 50 mL dan 100mL buret.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah : asam klorida pekat, larutan natrium hidroksida 0,1M pelet natrium hidroksida, larutan asam klorida 0,1M, indikator metil merah, indikator phenophtalein, indikator metil orange, aquades.
IV.       PROSEDUR KERJA
A.  Pembuatan dan Pengenceran Larutan Asam Klorida
1.    Larutan asam klorida pekat diambil 4,15 mL dengan menggunakan gelas ukur yang telah ditimbang dan pipet tetes. Lakukan dalam lemari asam.
2.    Labu takar 50 mL yang kosong ditimbang,catat beratnya. Isi labu takar tersebut dengan sekitar 20-25 mL akuades.
3.    Asam klorida pekat yang telah diambil tadi dimasukkan ke dalam labu takar dengan perlahan-lahan. Lakukan dalam lemari asam.
4.   Akuades ditambahkan ke dalam labu takar hingga tanda batas (perhatikan, meniskus yang diamati adalah meniskus bawah). Tutup labu takar dan lakukan pengocokan hingga larutan homogen. Timbang berat labu takar yang telah berisi larutan. Larutan yang telah dibuat dalam tahap ini disebut sebagai larutan A. Tutup labu takar dan lakukan pengocokan hingga larutan homogen. Timbang berat labu takar yang telah berisi larutan.
6.    Larutan asam klorida yang telah dibuat (larutan A) dipindahkan 10 mL ke  dalam labu takar 50 mL yang baru dengan menggunakan pipet ukur dan pipet gondok.
7.   Akuades ditambahkan ke dalam labu takar tersebut hingga tanda batas. Larutan HCl yang telah diencerkan ini disebut larutan B.
B.     Penentuan Konsentrasi Larutan Asam Klorida melalui Titrasi
Titrasi dengan indikator Metil Merah
1.      Buret dibilas dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan larutan NaOH yang akan digunakan.
2.      Buret diisi dengan larutan natrium hidroksida.
3.      Volume awal dicatat larutan natrium hidroksida dalam buret dengan membaca skala pada meniskus bawah larutan.
4.      Larutan asam klorida encer (larutan B) dipindahkan sebanyak 10 mL ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.
5.      Indikator metil merah ditambahkan ke dalam larutan tersebut.
6.      Larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan natrium hidroksida di dalam buret hingga terjadi perubahan warna begitu terjadi perubahan warna yang konstan, hentikan titrasi.
7.      Volume akhir natrium hidroksida yang tersisa dalam buret dibaca. Hitung volume natrium hidroksida yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir natrium hidroksida dalam buret.
8.      Titrasi diulang sebanyak 2 kali.
Titrasi dengan indikator phenophtalein
1.      Prosedur dilakukan kembali dengan titrasi terhadap 10 mL larutan asam klorida encer (larutan B) dengan larutan NaOH 0,1 M, namun dengan menggunakan indikator phenophtalein.
2.      Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan menggunakan indikator metil merah dan dengan menggunakan indikator phenaphtalein sebagai indikator.
C.  Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida
1.      0,4 gram butiran natrium hidroksida ditimbang menggunakan kaca arloji dan neraca analitik.
2.      Natrium hidroksida dipindahkan dari gelas arloji ke dalam gelas beker yang telah berisi 20-25 mL akuades hangat.
3.      Diaduk dengan pengaduk kaca hingga seluruh natrium hidroksida larut sempurna.
4.      Larutan dari gelas beker dipindahkan ke dalam labu takar 50 mL.
5.      Akuades ditambahkan hingga tanda batas pada labu takar. Tutup labu takar kemudian kocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh pada tahap ini disebut sebagai larutan C.
6.      Larutan C dipindahkan sebanyak 25 mL ke dalam labu takar 100 mL yang baru dengan menggunakan pipet gondok yang sesuai.
7.      Akuades ditambahkan hingga tanda batas. Kocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh disebut sebagai larutan D.
D.    Penentuian Konsentrasi Larutan Natrium Hidroksida melalui  Titrasi
Titrasi NaOH dengan larutan HCl sebagai Titran
1.      Buret dibilas dengan akuades sebelum digunakan, kemudian bilas kembali dengan larutan HCl 0,1 M yang akan digunakan.
2.      Buret diisi dengan larutan HCl 0,1 M.
3.      Volume awal larutan HCl 0,1 M dicatat dalam buret dengan membaca skala pada meniskus bawah larutan.
4.      NaOH encer (larutan D) dipindahkan 10 mL ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.
5.      Indikator metil merah ditambahkan 2-3 tetes ke dalam larutan tersebut.
6.      larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan HCl 0,1 M di dalam buret hingga terjadi perubahan warna begitu terjadi perubahan warna yang konstan, hentikan titrasi.
7.      Dibaca volume akhir asam klorida yang tersisa dalam buret. Hitung volume asam klorida yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir asam klorida dalam buret.
8.      Titrasi diulangi sebanyak 2 kali.
Titrasi HCl 0,1 M dengan larutan NaOH sebagai Titran
1. Buret dibilas dengan akuades sebelum digunakan, kemudian bilas kembali dengan larutan NaOH yang telah dibuat (larutan D).
2. Buret diisi dengan larutan NaOH encer (larutan D).
3. larutan HCl 0,1 M dipindahkan sebanyak 10 mL ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.
4. Indikator metil merah ditambahkan 2-3 tetes ke dalam larutan tersebut.
5. Larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan NaOH encer di dalam buret hingga terjadi perubahan warna begitu terjadi perubahan warna yang konstan, hentikan titrasi.
6. Volume NaOH yang diperlukan dihitung untuk mentitrasi larutan HCl.
7. Titrasi diulang sebanyak 2 kali.
8. Hasil yang diperoleh dibandingkan antara perlakuan dengan larutan HCl 0,1 M sebagai titran, dan larutan NaOH encer sebagai titran.
V.         HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Perhitungan
1.  Hasil
I. Pembuatan dan Pengenceran Larutan HCl (Larutan Asam Klorida)
No.
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1.
Diambil larutan asam klorida pekat
4,15 mL

dengan menggunakan alat ukur

2.
Diisi labu takar dengan aquades
20-25 mL
3.
Dimasukkan secara perlahan-lahan asam


klorida pekat ke dalam labu takar

4.
Ditambahkan aquades ke dalam labu takar


hingga tanda batas

5.
Ditutup labu takar dan dikocok hingga 


larutan homogeny

6.
Dicatat volume larutan A
50 mL
7.
Dipindahkan larutan A dengan menggunakan


pipet gondok atau pipet tetes

8.
Diukur ke dalam labu takar 50 mL


yang baru

9.
Ditambahkan aquades ke dalam labu takar


hingga tanda batas

10.
Dicatat larutan setelah diencerkan
50 mL

(larutan B)


II.             Penentuan Konsentrasai Larutan HCl melalui titrasi
                        a. Titrasi dengan Indikator Metil Merah
No.
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1.
Diambil 10 mL larutan HCl 0,1 M
Berwarna merah
2.
Dimasukkan ke dalam elenmeyer


dengan menggunakan pipet gondok


atau pipet ukur

3.
Ditambahkan 2-3 tetes indicator
Berwarna kuning

metil merah dan dititrasi larutan NaOH

4.
Dicatat pembacaan volume akhir
V1 NaOH  = 2,8 mL


V2 NaOH  = 3,2 mL


V1 HCl    = 10 mL


V2 HCl    = 10 mL
5.
Rata-rata Volume NaOH
(2,8 + 3,2) : 2 = 3 mL

Rata-rata Volume HCl
(10 + 10) : 2 = 10 mL

                        b. Titrasi dengan Indikator Fenolftalien
No.
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1.
Diambil 10 mL larutan HCl 0,1 M
Berwarna kuning
2.
Dimasukkan ke dalam elenmeyer


dengan menggunakan pipet gondok


atau pipet ukur

3.
Ditambahkan 2-3 tetes indikator
Berwarna merah muda

phenopthalein dan dititrasi larutan


dalam elenmeyer dengan ditetesi


larutan NaOH

4.
Dicatat pembacaan volume akhir
V1 HCl = 10 mL


V2 HCl = 10 mL


V1 NaOH = 3,2 mL


V2 NaOH = 3,6 mL
5.
Rata-rata volume HCl
(10 + 10) : 2 = 10 mL

Rata-rata volume NaOH
(3,2 + 3,6) : 2 = 3,4 mL
III.            Pembuatan Larutan NaOH
No.
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1
Butiran NaOH ditimbang
0,4 gram
2
Dipindah ke dalam gelas beker berisi aquades
20-25 mL

aduk hingga larut

3
Dipindah ke dalam labu takar 50 mL ditambah
V = 50 mL

aquades


Mr NaOH
40 gram/mol

(Larutan C)

4
Dipindah larutan C ke dalam labu takar 50 mL
V = 10 mL

yang baru

5
Ditambah dengan aquades
V = 50 mL

(Larutan D)


IV. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH melalui Titrasi.
     a. Titrasi NaOH dengan larutan HCl sebagai titran
No.
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1.
Buret dibilas dengan aquades dan HCl,
Berwarna bening

lalu diisi dengan larutan HCl

2.
Pindah NaOH ke dalam elenmeyer
10 mL
3.
Larutan NaOH dalam elenmeyer ditambahkan
Berwarna kuning

2 tetes indikator metil merah


Perubahan warna pada titrasi I
Berwarna merah muda

Volume pada titrasi I
4,6 mL
4.
Perubahan warna pada titrasi II
Berwarna merah muda

Volume pada titrasi II
4,6 mL
5.
Rata-rata volume HCl
(4,6+4,6) : 2 = 4,6 mL

Rata-rata volume NaOH
(10+10) : 2 = 10 mL
                       
                        b. Titrasi Larutan HCl dengan NaOH sebagai Titran
No.
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1.
Buret dibilas dengan aquades dan


NaOH, lalu diisi dengan laruta NaOH

2.
Pindah NaOH ke dalam elenmeyer
10 mL
3.
Larutan NaOH dalam elenmeyer
Berwarna merah muda

ditambahkan 2 tetes indikator metil merah


Perubahan warna pada titrasi I
Berwarna kuning

Volume pada titrasi I
V = 20,4 mL
4.
Perubahan warna pada titrasi II
Berwarna kuning

Volume pada titrasi II
V = 17,9 mL
5.
Volume NaOH
(20,4 + 17,9) : 2 = 19,15 mL

Volume HCl
(10   10) : 2 = 10 mL

2. Perhitungan
·         Penentuan Konsentrasi Larutan HCl Pekat
  Diketahui        : Massa jenis HCl        = 1,19 kg/mL = 1190 gram/L
   Persen berat HCl = 37 % (b/b)
   Massa 1 L larutan pekat HCl = 1190 gr/L x 1 L =1190 gram
   Massa HCl dalam 1 L larutan pekat = 37 % x 1190 = 440,3g
   Mr HCl pekat = 36,5 gram/mol          
   [HCl] pekat = 440,3 gram/36,5 gram.mol-1 = 12,0630mol/L                                                     1 L
·   Penentuan Konsentrasi Larutan HCl Encer (Larutan A dan B)
1.       Melalui Perhitungan Pengenceran
a.  Konsentrasi Larutan A
Diketahui   : Volume HCl pekat  =  4,15 mL
    MHCl = 12,0630
    VA  = 50 mL
Ditanya    : MolaritasA   = ….?
 Jawab     : MA . VA      =  MHCl . VHCl
                                      MA .  50  = 12,0630 . 4,15
               MA  = 1,00 M
                                     b.  Konsentrasi Larutan B     
Diketahui      : MA   = 1,00 M
              VA yang diencerkan  = 20 mL
              VB   = 100 mL
Ditanya       : MB  = …..?
Jawab        : MA . VA     = MB . VB
              (1,00 . 20) = MB .  100
                    20 = MB . 100
               MB  =       = 0,2 M
2.   Melalui Titrasi
           a. Dengan indikator metil merah
Diketahui   : MNaOH =            0,1 M
  VHCl     =  10 mL
  VNaOH =  3 mL
Ditanya    : MHCl      = …..?
Jawab      : MHCl . VHCl . n = MNaOH .  VNaOH .  n
   X  .10 mL .1 = 0,1 . 3
         10X = 0,3
         MHCl = 0,03 M                  
b. Dengan indikator fenophtalein
Diketahui   : MNaOH  = 0,1 M           
         VHCl   = 10 mL         
VNaOH  = 3,4 mL
Ditanya    : MHCl  = …..?
Jawab      : MHCl . VHCl . n  = MNaOH .  VNaOH . n
                        X  .10 mL . 1  = 0,1 . 3,4. 1
               10X = 0,34
                        MHCl = 0,034 M
·   Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH
1. Melalui Perhitungan Pengenceran
a.                  Konsentrasi Larutan C
Diketahui  : massa NaOH    = 0,4 gram
               Volume NaOH = 50 mL = 0,05 L
                       Mr NaOH  = 40 gr/mol
Ditanya    : M NaOH = ….?
Jawab     : n  =
                  
                                                  =          = 0,01 mol

                            MNaOH   = n/v
                                                           
                                                                          = 0,01/0,05 L
  = 0,2 M

b. Konsentrasi Larutan D
Diketahui      : MC  = 0,2 M
                    VC  = 25 mL
      VD  = 100 mL
Ditanya        : MD  = …..?
Jawab         : MC . VC  = MD . VD
       0,2. 25   = MD . 100
                                 5 = 100 MD
                 MD =    5    = 0,05 M
                                                                                                                                                 100
2.  Melalui Titrasi
         a. Titrasi NaOH oleh HCl
           Diketahui : VNaOH  = 10 mL = 0,01 L
                             VHCl    = 4,6 mL =0,0046 L
                                              NHCl   =0,1 N
  Ditanyakan : MNaOH ?
  Jawab : NHCl.VHCl = MNaOH.VNaOH
                                                           
0,1.0,0046 = MNaOH.0,01 L
                                                MNaOH = 0,046 M
         b. Titrasi HCl oleh NaOH
           Diketahui : VNaOH = 19,15 mL = 0,01915 L
                                               VHC l  = 10 mL = 0,01 L
                                               NHCl   = 0,1 N
           Ditanyakan : MNaOH ?
           Jawab : NHCl.VHCl = MNaOH.VNaOH
                                             
0,1.0,01L = MNaOH.0,01915
                                             MNaOH = 0,0522 M
B.  Pembahasan                                     
     Percobaan pembuatan dan pengenceran larutan asam klorida percobaan ini untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan dan penentuan konsentrasi larutan. Dalam praktikum ini kita menggunakan beberapa bahan yaitu larutan asam klorida pekat, larutan natrium hidroksida 0,1M, pellet natrium hidroksida, larutan asam klorida yang sudah diketahui konsentrasinya yaitu sebesar 0,1M, kemudian indikator metil merah, indikator phenophtlaein , dan akudes.
Percobaan yang pertama adalah pembuatan dan pengenceran larutan HCl yang bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi larutan lebih rendah dari konsentrasi semula. HCl pekat diambil sebanyak 4,15 mL diambil dengan gelas ukur kemudian dimasukkan dalam labu takar beri akuades 20-25ml masih dilakukan didalam lemari asam. Kemudian diencerkan dengan menambahkan air murni (akuades) sampai batas tutup labu takar kocok hingga homogen. Dari pengenceran ini akan kita dapatkan HCl encer yang tentunya dengan konsentrasi yang lebih rendah. Dengan demikian data yang kami peroleh dari hasil percobaan sesuai dengan tujuan pengenceran. Molaritas HCl pekat adalah 12,0630 mol/L, molaritas larutan A adalah 1,0 M mol/L, dan molaritas larutan B adalah 0,2 M Dapat kita lihat, Molaritas HCl pekat lebih tinggi daripada molaritas larutan A dan larutan B. Begitu pula molaritas larutan A lebih tinggi daripada molaritas larutan B. Hal ini menunjukan bahwa pembuatan larutan dan dimaksudkan untuk mengencerkan larutan tersebut saya rasa sudah terlihat jelas.
Hal ini dapat terlihat pada hasil perhitungan molaritas dalam hal ini satuan konsentrasi yang dipakai adalah moralitas. Terlihat bahwa terjadi perbedaan yang jelas dari data yang ada dengan data perhitungan setelah kami melakukan percobaan. Konsentrasi larutan HCl pekat lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi dari larutan HCl yang sudah m,engalami pengenceran. Kami telah melakukan pengenceran untuk melakukan pengenceran larutan. setelah ini kami akan melakukan titrasi dari larutan yang sudah kita encerkan lagi dengan penitran yang sesuai.
Penentuan konsentrasi larutan asam klorida melalui titrasi suatu  larutan konsentrasinya sudah diketahui maka larutan tersebut adalah larutan standar. Larutan standar terbagi menjadi dua yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer konsentrasinya relatif tetap dibandingkan dengan konsentrasi awal pada saat pertama kali larutan tersebut dibuat. Larutan standar sekunder konsentrasinya sering mengalami perubahan dibanding konsentrasi awal pada saat pertama kali larutan tersebut dibuat. Standarisasi adalah penentuan konsentrasi eksak dari larutan standar sekunder dengan bantuan larutan standar primer.
Pada praktikum ini dilakukan titrasi HCl encer dengan menggunakan titran NaOH dan indikator metil merah serta indikator phenophtalein. Fungsi dari pemberian indikator adalah untuk mengetahui titik ekivalen dari suatu proses titrasi apakah sudah tercapai. Pada titrasi HCl dengan menggunakan indikator metil merah terlihat bahwa adanya perubahan warna ketika HCl ditetesi metil merah. Sebelum larutan ini dititrasi larutan ini berwarna merah muda , lalu setelah dilakukan titrasi dengan menggunakan NaOH terjadi perubahan warna yaitu menjadi warna kuning muda. Pada titrasi ini rata-rata volume NaOH yang terpakai yaitu 3 mL sehingga didapat molaritasnya 0,03 mol/L.
Titrasi HCl dengan menggunakan indikator phenophtalein terlihat bahwa belum adanya perubahan warna ketika HCl ditetesi phenophtalein karena indikator phenophtalein dalam larutan asam tidak berwarna. Sebelum larutan ini dititrasi larutan ini tidak berwarna, lalu setelah dilakukan titrasi dengan menggunakan NaOH terjadi perubahan warna yaitu menjadi warna merah muda. Perubahan warna ini pengaruh dari phenophtalein sebagai penujuk bahwa suasana larutan yang awalnya asam berubah menjadi basa setelah adanya penambahan NaOH. Pada titrasi ini rata-rata volume NaOH yang terpakai yaitu 3,4 mL sehingga didapat molaritasnya 0,034 mol/L.
Data pada titrasi pertama volume NaOH secara garis besar, telah dilakukan dengan benar. Baik menggunakan indikator metil merah maupun indikator phenophtalein. Prosedur diatas menggunakan reaksi kuantitatif yang mengacu pada reaksi asam – basa.
Pembuatan larutan natrium hidroksida untuk membuat konsentrasi larutan lebih rendah dari konsentrasi semula maka dilakukan pengenceran larutan tersebut. Pelet natrium hidroksida di timbang sebanyak 0,4gram menggunakan kaca arloji pada neraca analitik, kemudian pindahkan ke gelas beker yang telah berisi akuades 20-25 ml aduk dengan menggunakan batang pengaduk add homogen. Kemudian pindahkan dalam labu takar 50ml tambahkan akuades sampai tanda batas lalu kocok dan jadilah larutan C.
 Pelet natrium hidroksida dilarutkan dan diencerkan dengan menambahkan air murni (akuades) sampai batas yang ditentukan tujuannya untuk menurunkan konsentrasi NaOH. Dari pengenceran ini akan kita dapatkan NaOH yang tentunya dengan konsentrasi yang lebih rendah. Dengan demikian data yang kami peroleh dari hasil percobaan ini sesuai pula dengan tujuan pengenceran. Molaritas NaOH (larutan C) adalah 0,2 mol/L. Kemudian setelah didapat larutan C diambil lagi sebanyak 25mL pindahkan kedalam labu takar 100ml diberi akuades hingga tanda baca. Tutup labu takar kocok larutan C dan akuades tadi sampai homogeny, dan setelah melakukan pengenceran didapatkan  molaritas NaOH (larutan D) adalah 0,05 mol/L. Dapat kita lihat dari data tersebut, molaritas larutan C lebih tinggi daripada molaritas larutan D.
Dalam pembuatan larutan dengan melarutkan zat dalam bentuk padatan  harus memilik ketelitian dan kesabaran sendiri. Hal ini tergantung pada asisten masing-masing. Pada penentuan titik ekivalen sudah dibantu oleh indicator karena indikator penentu titik ekivalen. Tetapi dalam menentukan titik ekivalen masing-masing orang tidak sama dalam presepsi warna akhir. Maka dari itu diperlukan kerjasama yang kompak dari praktikan dan asisten.
Penentuan konsentrasi larutan natrium hidroksida melalui titrasi pada  praktikum ini dilakukan titrasi NaOH dengan menggunakan HCl sebagai titran dan titrasi HCl dengan menggunakan NaOH sebagai titran. Pada titrasi NaOH dengan menggunakan larutan HCl sebagai titran, NaOH dititrasi dengan larutan HCl 0,1 M sebagai titran. Diambil sejumlah 10ml larutan D kedalam Erlenmeyer dan beri beberpa tetes indikator metal merah. Titrasi dengan hati-hati dilihat dengan seksama jika terjadi perubahan warna konstan hentikan praktikum. Ditambahkanya indikator yang berfungsi sebagai penunjuk titik akhir dalam titrasi. Indikator yang digunakan pada percobaan ini yaitu metil merah Pada titrasi ini terjadi perubahan warna yaitu dari kuning menjadi merah muda. Lakukan pratikum sebanyak duplo hasil volume titran yang terpakai dihitung rata-ratanya.
Jika suatu larutan konsentrasinya sudah diketahui maka larutan tersebut adalah larutan standar. Larutan standar terbagi menjadi dua yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer konsentrasinya relatif tetap dibandingkan dengan konsentrasi awal pada saat pertama kali larutan tersebut dibuat. Larutan standar sekunder konsentrasinya sering mengalami perubahan dibanding konsentrasi awal pada saat pertama kali larutan tersebut dibuat.
Percobaan selanjutnya adalah titasi larutan HCl yang sudah diketahui konsebtrasinya 0,1 M dengan larutan D alias larutan natrium hidroksida yang sudah di encerkan tadi. Masukkan larutan D kedalam buret yang bersih dan sudah dibilas dengan larutan D. Ambil 10ml HCl 0,1M kedalam Erlenmeyer kemudian tambahkan indikator metal merah. Lakukan titrasi dengan hati-hati dan dilihat perubahan warna yang terjadi. Hentikan titrasi jika warna berubah konstan dan lakukan titrasi ini sebanyak 2 kali dan nanti di hitung rata-ratanya.Pada titrasi larutan HCl dengan menggunakan NaOH sebagai titran, larutan HCl dititrasi dengan larutan NaOH sebagai titran. Ditambahkan indikator yang berfungsi sebagai penunjuk titik akhir dalam titrasi atau tercapainya titik ekivalen dalam percobaan yang dilakukan dengan cara penitrasian. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna yaitu dari merah muda menjadi kuning.
VI.       Kesimpulan
            Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1.    Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
2.    Untuk membuat suatu larutan dengan konsentrasi tertentu dapat dilakukan dengan cara melakukan pengenceran zat terlarut yang berada dalam bentuk padatan dan mengencerkan suatu larutan pekat. Salah satu cara menurunkan konsentrasi suatu larutan adalah dengan cara pengenceran.
3.    Dalam proses titrasi diperlukan adanya indikator sebagai penunjuk akhir suatu proses titras atau sebagai penunujuk tercapainya titik ekuivalen. Dalam percobaan ini digunakan dua indikator yaitu phenophtalein dan metil merah.
4.    Dari data perhitungan konsentrasi dari Larutan A adalah = 1,0 M dan untuk larutan B sebanyak = 0,2 M, kemudian konsentrasi larutan C 0,2 M , dan konsentrasi dari larutan D sebesar 0,05 M.

DAFTAR PUSTAKA
Keenan, C.W. 1984. Kimia Untuk Universitas. Erlangga: Jakarta.
Keenan, C.W. 1989. Kimia Universitas Edisi ke-6. Erlangga: Jakarta.
Kusumaningsih,T.,Pranoto,dan R.Suryoso.2006.Pembuatan Bahan Bakar Biodisel dari Minyak Jarak; Pengaruh Suhu dan Konsentrasi KOH pada Reaksi Transesterifikasi Berbasis Katalis Basa.Bioteknologi,3(1):20-26.
            http:// biosains.mipa.uns.ac.id/C/C0301/C030104.pdf.
         Diakses pada tanggal 12 Oktober 2013.
Lesdantina. 2009. Pemurnian NaCl Dengan Menggunakan Natrium Karbonat.
UNDIP: Yogyakarta.
Oktoby,D.W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern .Erlangga: Jakarta.
Petrucci,R.H. 1987. Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga: Jakarta.
Syukri,S. 1999. Kimia Dasar 1. ITB: Bandung.


Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!